Berani Menjawab Panggilan Yesus

Minggu, 21 Januari 2018 – Hari Biasa Pekan III

483

Markus 1:14-20

Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”

Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.

***

Setelah Yohanes Pembaptis ditangkap Herodes, Yesus tampil di Galilea untuk mewartakan Injil.  Yesus menyerukan bahwa waktu yang dinanti-nantikan telah tiba. Kerajaan Allah telah tiba. Allah yang meraja segera menjadi kenyataan dalam diri Yesus. Hidup, karya, dan sabda Yesus menjadi tanda bahwa Kerajaan Allah telah dimulai. Karena itu, semua diundang untuk menanggapi kabar gembira ini dengan bertobat dan percaya kepada Injil.

Bertobat berarti sikap berbalik kepada Allah, mengubah pikiran menjadi terpusat kepada Allah yang akan berujung pada perubahan perilaku. Percaya bukanlah sekadar mempercayai kebenaran kabar gembira yang dibawa Yesus, melainkan terlebih mau mempercayakan diri kepada kabar gembira yang dibawa Yesus bahwa Allah mengasihi manusia dan bermaksud menebus dosa-dosa kita. Kita selamat bukan karena jasa dan kesalehan kita, melainkan karena diselamatkan dan ditebus oleh Allah sendiri. Inilah kabar sukacita yang diwartakan Yesus.

Untuk mewujudkan Kerajaan Allah yang telah dimulai-Nya, Yesus melihat, memanggil, dan memilih sendiri orang-orang yang akan membantu-Nya. Di sini jelas bahwa insiatif panggilan berasal dari Tuhan sendiri. Mereka yang dipanggil-Nya bukanlah pengangguran yang tidak mempunyai pekerjaan. Mereka dipanggil di tengah pekerjaan mereka. Dalam hal ini, kemampuan dan keterampilan mereka sebagai penjala ikan akan dimanfaatkan dan ditransformasikan dalam tugas baru sebagai penjala manusia. Bakat dan kemampuan mereka tidak dihilangkan, tetapi justru dimanfaatkan untuk tugas pelayanan yang baru.

Kedua pasang bersaudara itu dipanggil untuk mengikuti Yesus. Mereka akan berjalan di belakang Yesus. Ini berarti mereka akan senantisa berada dekat dengan Yesus. Selain itu, mereka akan belajar, menyimak, dan mencontoh nilai-nilai yang diajarkan dan diteladankan sang Guru. Mereka juga akan menjadi saksi mata bagaimana Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus sungguh telah datang dalam pewartaan dan karya-karya-Nya.

Namun, konsekuensi menanggapi panggilan Yesus tidaklah mudah. Keempat murid pertama itu harus meninggalkan sumber penghasilan dan jaminan hidup mereka. Mereka juga harus meninggalkan keluarga demi mengikuti Yesus. Menariknya, keempat murid pertama ini tanpa ragu segera menanggapi undangan Yesus. Mereka mengindahkan ajakan pertobatan, percaya kepada Injil, dan tawaran menjadi penjala manusia. Mereka tidak berhenti pada rencana dan niat baik semata, tetapi mewujudkannya dengan segera.

Kerajaan Allah yang telah dimulai oleh Yesus Kristus perlu terus dikembangkan oleh para pengikut-Nya, dan kelak pada akhir zaman akan disempurnakan oleh Tuhan sendiri. Seruan pertobatan dan percaya kepada Injil tetap relevan bagi kita yang mengaku sudah menjadi murid-murid Yesus. Kita perlu mempertimbangkan dan meninggalkan sikap dan perilaku yang menghambat terwujudnya Kerajaan Allah di tengah-tengah kita, kerajaan keadilan, kebenaran, keadilan, dan pengampunan.

Permohonan kita dalam doa Bapa Kami, “Datanglah Kerajaan-Mu,” bisa jadi terkendala oleh sikap dan perilaku kita yang kurang mendukung. Selain itu, kita juga diundang untuk mempercayai Kabar Baik yang dibawa Yesus, yang bisa jadi bertentangan dengan nilai-nilai dan ajaran dunia maupun warisan tradisi kita.

Akhirnya, belajar dari keempat murid pertama Yesus, kita ditantang untuk berani menjawab panggilan Yesus dengan radikal: menanggapinya dengan segera dan membayar biaya kemuridan yang tidak murah. Sebagai murid Yesus, kita juga diundang untuk selalu berada bersama Yesus dan meneladan pekerjaan-pekerjaan-Nya. Menyadari bahwa kita belum sempurna mewujudkannya, seruan Yesus di Galilea ini pun semakin relevan, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil!”