Allah Tidak Berhenti Bekerja

Rabu, 14 Maret 2018 – Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

347

Yohanes 5:17-30

Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.

Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.

Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.”

***

Injil hari ini sekurang-kurangnya menampilkan dua alasan mengapa orang Yahudi membunuh Yesus. Pertama, Yesus melanggar peraturan Sabat karena menyembuhkan orang pada hari Sabat dengan memerintahkan orang yang disembuhkan-Nya untuk mengangkat tikar. Tuduhan ini dijawab Yesus dengan menyingkapkan kebenaran sebagai pembelaan diri. Disingkapkan-Nya bahwa Bapa tidak pernah berhenti bekerja termasuk pada hari Sabat. Bapa yang mengutus-Nya selalu bekerja termasuk pada hari Sabat. Yesus bekerja karena Bapa yang mengutus-Nya tidak pernah berhenti bekerja demi keselamatan umat-Nya. Jawaban ini dianggap sebagai hujatan oleh orang Yahudi.

Kedua, Yesus menyebut Allah sebagai Bapa-Nya. Bagi orang Yahudi, kesalahan Yesus sangat fatal, yakni menghujat Allah. Namun, Yesus menegaskan bahwa Anak mengerjakan pekerjaan Bapa. Ia bergantung sepenuhnya kepada Bapa. Apa yang dilakukan oleh Anak adalah apa yang dilihat-Nya dan dikerjakan oleh Bapa. Bapa sendiri yang menunjukkan kepada Anak apa yang mesti dikerjakan-Nya. Anak tidak melakukan sesuatu berdasarkan otoritas-Nya sendiri.

Melalui dua alasan di atas kita bisa melihat bagaimana Yesus menafsirkan kembali tradisi Sabat atas dasar relasi-Nya dengan Allah orang Israel sebagai Bapa-Nya. Penafsiran kembali ini tidak berarti bahwa Yesus menghapus perlunya penghormatan terhadap Sabat. Yesus tetap menghormati dan merayakan Sabat dengan bekerja untuk membawa keselamatan bagi orang yang menderita, yakni orang yang lumpuh dan yang menantikan kesembuhan selama tiga puluh delapan tahun. Dengan menyembuhkan orang itu, Yesus memberinya kehidupan.