Sungguh-sungguh Allah, Sungguh-sungguh Manusia

Jumat, 23 Maret 2018 – Hari Biasa Pekan V Prapaskah

919

Yohanes 10:31-42

Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah — sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan –masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”

Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.

Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: “Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.” Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.

***

Yesus memang akhirnya dihukum mati dengan dipaku di kayu salib. Tuduhan yang dilontarkan kepada Yesus sehingga Ia dijatuhi hukuman mati bukan karena Ia telah melakukan tindak kejahatan, melainkan karena ia telah menghujat Allah. Situasi serupa muncul dalam bacaan Injil hari ini. Orang Yahudi marah besar kepada Yesus. Mereka berkata, “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.”

Sejak zaman Yesus sampai sekarang, banyak orang menyangkal atau mempermasalahkan keilahian Yesus. Kepada manusia, Yesus berusaha memperkenalkan diri-Nya, tetapi banyak orang menolak, menyangkal, dan bahkan berusaha membunuh-Nya. Menanggapi keragu-raguan manusia, Yesus berkata, “Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapaku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”

Pekerjaan-pekerjaan Yesus, mukjizat-mukjizat yang telah dibuat-Nya, dan sabda-sabda-Nya yang penuh daya ilahi merupakan bukti bahwa Yesus sungguh mengenal Allah Bapa dengan baik. Ia sungguh Anak Allah yang menjelma menjadi manusia. Ia menjadi sama seperti kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa. Wafat dan kebangkitan Yesus merupakan bukti bahwa apa yang disabdakan-Nya adalah benar, demikian pula seluruh perbuatan-Nya selama hidup di dunia.

Sebagai pengikut Kristus, kita tidak pernah meragukan keilahian Yesus. Yesus bagi kita adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Namun, pengakuan iman secara lisan saja tidak cukup. Kita mesti mewujudkan iman kita itu dalam perbuatan, sebab iman tanpa perbuatan adalah mati. Antara iman dan perbuatan harus sejalan!