Digenapi dalam Diri Yesus

Senin, 3 September 2018 – Peringatan Wajib Santo Gregorius Agung

292

Lukas 4:16-30

Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”

Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

***

Pelayanan publik Yesus dimulai dengan kisah kedatangan-Nya ke Nazaret, tempat Ia dibesarkan. Pada hari Sabat, sesuai dengan kebiasaan-Nya, Yesus masuk ke rumah ibadat. Kebiasaan ini ditekankan oleh Lukas untuk menggarisbawahi aspek kesalehan Yesus. Seperti orang tua-Nya (Luk. 2:42), Yesus digambarkan sebagai seorang Yahudi saleh yang beribadat di sinagoga secara teratur.

Di rumah ibadat itu, Yesus kemungkinan diminta oleh pengurus atau pemimpin sinagoga untuk membaca sebuah perikop dari Kitab Suci, sebab diri-Nya adalah seorang guru yang populer. Biasanya pemimpin ibadat meminta seorang laki-laki Yahudi yang sudah dewasa untuk tampil ke depan membacakan sebuah perikop dari Kitab Suci sambil berdiri, lalu menjelaskan perikop itu sambil duduk.

Yesus tampaknya memilih sendiri perikop dari gulungan kitab Yesaya untuk dibacakan. Perikop yang dipilih-Nya adalah perikop yang populer. Perikop ini melukiskan tugas seseorang yang diurapi Allah, Mesias, yakni menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan pembebasan kepada tawanan, menganugerahkan penglihatan bagi orang buta, dan sebagainya.

Setelah perikop dibacakan, Yesus lalu duduk dan menjelaskannya. Penjelasan ini dapat dianggap sebagai khotbah pertama Yesus yang ditempatkan pada awal pelayanan publik-Nya. Dalam penjelasan-Nya, Yesus memberikan penafsiran atas perikop tadi, yakni bahwa nubuat Yesaya itu terpenuhi dalam diri-Nya. Dialah Mesias yang diurapi oleh Roh Allah untuk mewartakan kabar keselamatan. Dialah Hamba Tuhan yang mengidentifikasikan diri-Nya dengan orang-orang tertindas. Dialah nabi eskatologis yang mewartakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang bagi umat-Nya.