Mistikus Cinta

Kamis, 13 September 2018 – Peringatan Wajib Santo Yohanes Krisostomus

178

Lukas 6:27-38

“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

“Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”

***

Dewasa ini, orang-orang haus akan spiritualitas. Semakin banyak orang, terutama orang muda, merasa butuh untuk berkontak dengan misteri yang mengatasi apa yang dapat kita lihat, dengar, cium, dan rasakan, mengatasi apa yang dapat kita sentuh dan pikirkan. Pemikiran Albert Nolan (dalam bukunya yang berjudul Jesus Today) tentang fenomena kehausan spiritualitas di kalangan orang muda berikut ini menarik untuk direnungkan:

“Terlalu sering pencarian akan sebuah spiritualitas, terutama di antara kaum muda di dunia Barat, dilaksanakan dengan cara-cara yang terpusat pada diri sendiri. Sebuah spiritualitas yang sungguh-sungguh individualis terbukti kontraproduktif. Semakin banyak orang yang telah merefleksikan pengalaman spiritual mereka sendiri mengatakan bahwa mereka harus menempuh sebuah tugas yang berat dan sulit untuk bergerak mengatasi keterpusatan pada diri atau individulisme. Program-progam yang mengabaikan kebenaran ini dan menawarkan kepenuhan diri atau spiritualitas ‘ikuti kesenanganmu’ sungguh-sungguh salah arah.”

Selanjutnya, Nolan menawarkan bahwa setiap orang yang ingin berpegang pada Yesus dengan serius harus mempersiapkan diri menjadi seorang nabi dan mistikus. Menjadi nabi berarti beriman dengan membaca tanda-tanda zaman sebagaimana orang dapat membaca langit dan memperkirakan cuaca esok hari. Kita juga harus menjadi mistikus. Kesatuan mistik dengan Allah, sebagaimana Yesus mengalami intimitas dengan Allah sebagai Bapa-Nya, merupakan undangan bagi setiap orang. Yesus tidak berpikir bahwa hanya Dia sendiri yang dapat mengalami intimitas dengan Allah sebagai Bapa-Nya. Kita semua dapat mengalami, dalam tataran tertentu, intimitas dengan Allah. Teolog besar abad 20 Karl Rahner mengatakan, “Orang-orang Kristen masa depan akan menjadi seorang mistik atau tidak sama sekali.”

Tawaran kemuridan akan hidup sejati telah diundangkan! Beranikah kita mengikuti sang Putra dengan mengasihi musuh-musuh kita, memberi pipi yang lain setelah mereka menampar pipi kita yang satu, mengasihi orang yang tidak mengasihi kita, mengampuni sesama sebagaimana kita berdoa “ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami”?