Sebagai Pendatang dan Perantau (8)

124

Sebagai penutup

Masyarakat kita yang semakin mobile dan bercampur aduk diharapkan bisa berbaur secara harmonis. Adanya risiko konflik antara budaya dominan dan para pendatang sudah cukup terbukti. Karena itu, segala mekanisme tradisional maupun cara-cara baru, termasuk mekanisme warisan Israel, untuk melancarkan proses pemersatuan amat berharga dan diperlukan. Namun, apakah semuanya itu akan cukup untuk mengantisipasi konflik yang masih terus muncul? Apakah kita berani mempertaruhkan lebih banyak, dengan mengambil satu langkah yang lebih jauh lagi, yakni langkah Yesus yang berani menyamakan diri dengan orang-orang yang “berbeda,” orang luar yang asing?

Yesus melepaskan keunggulan posisi-Nya sebagai tuan dan menjadi hamba, bahkan merendahkan diri sampai mati di kayu salib (Flp. 2). Dengan jalan itu, jelas Ef. 2:10-20, Kristus telah membuat sejarah baru, yakni merubuhkan tembok pemisah antara orang Yahudi dan bukan Yahudi. Yang disebut terakhir, yakni kita yang dahulu “jauh” dan tidak termasuk warga Israel, kini sudah menjadi “dekat” dan kawan sewarga oleh darah Kristus. Ia telah menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan memperdamaikan keduanya di dalam satu tubuh.

Apakah kita – sebagai umat/tubuh Kristus yang tersusun dari banyak suku dan bangsa – menyadari dan mensyukuri tindakan bersejarah Yesus yang masih berlanjut terus di tengah kita sampai hari ini? Apakah kita mau memelihara tindakan-Nya itu dengan juga berani melangkah seperti Dia, yakni “sebagai pendatang dan perantau” mengidentikkan diri dengan yang “lain,” orang-orang yang masih asing di tengah jemaat kita?

Saya pribadi bersyukur karena banyak saudara telah melakukannya ketika berjumpa dengan saya, sehingga saya menemukan rumah baru di tengah mereka. Semakin kita sebagai umat secara intern mempunyai pengalaman bahwa cara Yesus itu memang memiliki daya mempersatukan yang luar biasa, kita akan lebih mampu dan berani juga menerapkan cara itu di tengah masyarakat kita yang lebih luas dan yang masih bergumul dengan ketakutan mereka akan banyaknya pendatang.***

Pustaka

Gittins, Anthony J., “The Christian as Stranger: Responding to Xenophobia,” Month 27 (1994) 185-190.

Zilonka, Paul, “The Pain of Migration,” Bible Today 20 (1991) 351-6.

Pilch, John J., “’Visiting Strangers’ and ‘Resident Aliens’,” Bible Today 20 (1991) 357-61.

Salvatierra, Angel, “The Immigrant and Stranger in the Bible,” Theology Digest 42 (1995) 141-4.

Spencer, John R, “Sojourner,” in ABDict. VI.

Kellermann, D., “gûr; ger; geruth; meghurim,” in Theol. Dict. of OT II.