Bertahan dalam Penderitaan

Rabu, 28 November 2018 – Hari Biasa Pekan XXXIV

288

Lukas 21:12-19

“Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.”

***

Apakah kita masih mengalami dianiaya dan menderita karena mengikut Kristus atau karena beriman kristiani? Saya yakin bahwa kita sering kali mengeluh tentang situasi di mana sebagai minoritas, kita mendapat perlakuan diskriminatif dari berbagai pihak dan di berbagai lingkup kehidupan. Guru dan murid mengalami diskriminasi di lembaga pendidikan; karyawan mendapat perlakuan diskriminatif dari bos atau rekan-rekan kerjanya; anak mengalami penolakan dari teman-teman bermainnya. Itulah realitas hidup yang mungkin kita alami sebagai orang kristiani.

Tentu kita harus terbuka pada banyak realitas yang sebaliknya. Namun, tidak dapat ditolak bahwa kita sering merasa terluka oleh karena berbagai bentuk diskriminasi yang terjadi kepada kita sebagai orang kristiani. Terhadap kenyataan itu, tidak jarang kita merasa sakit hati, atau bahkan jengkel dan geram. Di berbagai tempat terjadi konflik antaragama karena rasa geram seperti itu yang tidak dapat dikendalikan.

Bacaan Injil hari ini mengingatkan kita akan Tuhan yang kita ikuti, Allah yang kita imani. Tuhan yang kita ikuti adalah Yesus yang memilih menderita untuk menggapai keselamatan. Allah yang kita imani adalah Kristus yang rela memanggul salib untuk menebus dosa umat manusia. Yesus tidak bersalah, tetapi dianiaya, dihina, disiksa, dan wafat disalib. Hal ini mengajak kita untuk memaknai berbagai penganiayaan dan diskriminasi yang kita alami sebagai bagian tak terpisahkan dari kemuridan kita. Sebagai murid-murid Kristus, kita diajak untuk bertahan menghadapi realitas hidup yang berat dan tidak mudah itu.

Ketika kita mengalami berbagai situasi sulit, tidak tepat kiranya kalau kita lantas menyalahkan Tuhan, menganggap Tuhan mencobai kita, atau bahkan merasa bahwa Tuhan meninggalkan kita. Allah tidak pernah meninggalkan kita karena Allah telah menderita terlebih dahulu. Perlu disadari pula bahwa dalam Injil hari ini Yesus mengatakan, “Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalami akan hilang.” Allah tidak pernah meninggalkan kita. Allah selalu menyertai kita, tetapi sering kali kemanusiaan kita membuat kita tidak mudah menerima penderitaan, luka, dan rasa sakit. Yesus yang telah menderita untuk kita mengajak kita untuk menyadari bahwa Allah selalu bersama dan menyertai kita dalam pengalaman-pengalaman hidup yang paling berat sekalipun. Hidup kita yang sejati akan kita peroleh kalau kita tetap bertahan dalam iman akan Allah dan dalam kesetiaan terhadap Yesus Kristus.