Kasih bagi Segala Bangsa

Sabtu, 28 September 2019 – Hari Biasa Pekan XXV

122

Zakharia 2:1-5, 10-11a

Aku melayangkan mataku dan melihat: tampak seorang yang memegang tali pengukur. Lalu aku bertanya: “Ke manakah engkau ini pergi?” Maka ia menjawab aku: “Ke Yerusalem, untuk mengukurnya, untuk melihat berapa lebarnya dan panjangnya.” Dan sementara malaikat yang berbicara dengan aku itu maju ke depan, majulah seorang malaikat lain mendekatinya, yang diberi perintah: “Berlarilah, katakanlah kepada orang muda yang di sana itu, demikian: Yerusalem akan tetap tinggal seperti padang terbuka oleh karena banyaknya manusia dan hewan di dalamnya. Dan Aku sendiri, demikianlah firman TUHAN, akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya.”

“Bersorak-sorailah dan bersukarialah, hai putri Sion, sebab sesungguhnya Aku datang dan diam di tengah-tengahmu, demikianlah firman TUHAN; dan banyak bangsa akan menggabungkan diri kepada TUHAN pada waktu itu dan akan menjadi umat-Ku dan Aku akan diam di tengah-tengahmu.”

***

Firman Tuhan yang datang melalui Nabi Zakaria menjadi jaminan bagi hidup bangsa Israel setelah pembuangan. Tuhan berfirman bahwa Ia akan melindungi tembok-tembok Yerusalem dan menjadi kemuliaan di dalamnya. Ia berfirman akan menjadi Imanuel, yaitu Allah yang hadir, Allah yang dekat dan tinggal di tengah-tengah umat-Nya. Puncak kemuliaan bagi Israel akan terwujud, di mana pada saat itu segala bangsa akan menggabungkan diri untuk bersatu dengan Tuhan.

Latar belakang pemikiran nabi-nabi dalam Perjanjian Lama seperti itu membantu kita untuk memahami kehadiran Allah dalam diri Yesus Kristus, Tuhan kita. Tanpa memahami Perjanjian Lama akan sulit bagi orang beriman untuk memahami misteri Kristus. Dalam diri Kristus, Allah hadir dengan sungguh nyata di tengah umat-Nya. Dialah Allah yang dekat, yang berbelas kasih, dan yang membebaskan segala penderitaan umat. Wajah Allah seperti itulah yang bisa kita lihat dengan jernih dalam diri Kristus.

Akan tetapi, apa yang terjadi? Yesus Kristus ditolak oleh umat-Nya sendiri. Akankah kegagalan bangsa Israel harus terulang kembali seperti sebelumnya? Yang jelas, sekarang dipahami bahwa Allah membuka kasih-Nya kepada segala bangsa. Hak keterpilihan tidak hanya dimiliki oleh bangsa Israel saja. Segala bangsa mengenal nama Tuhan dan diundang untuk menjadi umat-Nya.