Persembahan yang Hidup bagi Allah

Minggu, 2 Februari 2020 – Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah

482

Lukas 2:22-32

Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

***

Kehidupan di dunia ini dipenuhi dengan tanda-tanda, seperti tanda bahwa musim hujan akan datang atau tanda bahwa akan terjadi bencana. Tubuh kita pun juga sering memberi tanda, misalnya ketika kita sedang marah, lelah, atau sakit. Tanda-tanda tersebut kadang tidak bisa dilihat, tetapi bisa dirasakan.

Pesta yang kita rayakan hari ini mengungkapkan bahwa orang tua Yesus menaati adat istiadat yang berlaku saat itu. Sebagaimana yang lain, mereka pun mempersembahkan putra mereka kepada Allah, sekaligus untuk disucikan. Dalam konteks Injil Lukas, Maria digambarkan sudah diberi tahu tentang identitas anak yang berada dalam kandungannya, yakni ketika mendapat kabar gembira dari Malaikat Gabriel. Namun, dengan rendah hati, hal tersebut tidak ia sebarkan kepada orang lain.

Namun, tanda-tanda kehadiran Yang Ilahi ternyata disadari oleh Simeon. Sejak lama ia merindukan kehadiran sang Mesias, dan sosok yang dirindukan itu ia lihat hadir dalam diri Yesus. Simeon kemudian mewartakan siapa Yesus sebenarnya. Dialah Terang dan sang Juru Selamat; Dialah pribadi yang akan menghadirkan kemuliaan bagi umat Allah. Demikianlah kehadiran Yesus membuat Simeon sungguh merasa bahagia. 

Saudara-saudari sekalian, kita juga bisa menghadirkan Allah dalam kehidupan sehari-hari dengan karya-karya yang kita lakukan. Teladanilah tindakan-tindakan Yesus, seperti menyapa, mengunjungi, mengampuni, dan mencintai dengan tulus. Semoga dengan itu hidup kita menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan.