Pemberian Diri

Senin, 10 Agustus 2020 – Pesta Santo Laurensius

192

Yohanes 12:24-26

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”

***

Bacaan pertama (2Kor. 9:6-10) dan bacaan Injil (Yoh. 12:24-26) hari ini mempunyai nada yang sama, yaitu tentang benih, proses pertumbuhan benih tersebut, serta buah yang dihasilkan olehnya. Dengan indah, Paulus menegaskan tentang cara hidup yang seharusnya mendasari relasi antarumat beriman, yaitu memberi dengan kasih dan kerelaan hati. Paulus mengemukakan realitas bahwa hidup kita berasal dari Allah dan dipelihara oleh Allah. Atas kesadaran itu, hidup setiap pengikut Kristus harus selaras dengan apa yang telah diberikan Allah kepada kita. Dengan tegas, Paulus mengutip gambaran pemazmur tentang kebaikan dan kebenaran Allah, di mana dikatakan bahwa Allah senantiasa melindungi dan menjaga orang miskin. Bagi pemazmur, tingkat keimanan tidak hanya diukur dari doa dan ibadah yang dilakukan seseorang, tetapi juga dari perbuatan seseorang kepada sesamanya, terutama mereka yang miskin dan membutuhkan.

Proses dan usaha pemberian diri para murid Yesus kepada sesama harus berlandaskan pada tindakan-tindakan Yesus sendiri. Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai benih yang harus mati. Artinya, dalam memberikan diri-Nya kepada manusia, Yesus melakukan itu semua secara total. Pemberian diri Yesus menghasilkan keselamatan yang luar biasa bagi dunia. Ia menghendaki agar pemberian diri secara total menjadi identitas murid-murid-Nya, identitas kita semua.