Menghidupkan Kembali Nurani

Sabtu, 5 September 2020 – Hari Biasa Pekan XXII

93

Lukas 6:1-5

Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata: “Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Lalu Yesus menjawab mereka: “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?” Kata Yesus lagi kepada mereka: “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”

***

Bacaan Injil hari ini berkisah tentang tudingan kaum Farisi terhadap Yesus. Mereka seakan menuding Yesus tidak becus dalam menemani murid-murid-Nya. Itu karena murid-murid Yesus di mata kaum Farisi tidak melaksanakan Hukum Taurat dengan benar karena memetik bulir gandum pada hari Sabat.

Menghadapi keluhan orang-orang itu, Yesus mencontohkan kepada mereka tindakan yang dahulu dilakukan Daud. Demi keselamatan pengikut-pengikutnya, Daud melakukan sesuatu yang boleh dikatakan melanggar peraturan, tetapi tidak ada satu pihak pun yang menyalahkan dirinya.

Dengan ini, Yesus ingin mengajarkan kepada orang-orang Farisi tentang hal yang paling fundamental dalam hidup. Hidup yang penuh aturan adalah hidup yang sungguh menyiksa, hidup yang tidak memberi ruang bagi nurani untuk berkata-kata. Bukankah nurani merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam hidup manusia? Bukankah aturan seharusnya menemani nurani bekerja, alih-alih mematikannya?

Di sinilah Yesus mengingatkan kita agar mampu menghidupkan dan mengasah nurani kita. Nurani adalah relung hati Allah yang mau menampung apa pun, sehingga jangan sampai dibelenggu oleh macam-macam aturan duniawi. Saudara-saudari terkasih, hari ini mari kita coba menjawab: Sudahkah kita sungguh-sungguh mendengarkan nurani kita?