Menembus Batas

Senin, 7 September 2020 – Hari Biasa Pekan XXIII

180

Lukas 6:6-11

Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia. Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: “Bangunlah dan berdirilah di tengah!” Maka bangunlah orang itu dan berdiri. Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.

***

Pandemi Covid-19 berdampak besar pada berbagai aspek kehidupan manusia. Secara ekonomi, ada sekian banyak orang yang kehilangan pekerjaan, mengalami kebangkrutan, dan sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Secara sosial, muncul banyak peraturan yang membuat orang harus berjarak satu dengan yang lain demi menjaga kesehatan. Secara rohani, orang harus berpuas diri dengan kegiatan-kegiatan rohani yang dilakukan secara online. Tidak dapat dimungkiri, semuanya itu – ditambah ketakutan tertular virus corona – membuat banyak orang mengalami stres.

Cara orang menghadapi masalah dan kesulitan tentu saja tidak sama. Ada tipe orang yang selalu ingin menghindar (flight); ada yang berani menghadapinya (fight); ada juga yang berdiam diri dan membeku karena bingung harus berbuat apa (freeze). Situasi sulit karena pandemi memang sungguh membatasi kehidupan kita. Namun menariknya, di tengah-tengah situasi yang menantang ini, ada orang-orang yang tidak hanya berdiam diri. Mereka berpikir solutif, menembus batas, untuk terus memperjuangkan kehidupan ini. Para tenaga medis terus mencari cara bagaimana mendampingi pasien dengan baik dan efektif; para peneliti di bidang kesehatan terus berusaha menemukan vaksin dan obat; para pengusaha terus berjuang  mencari cara-cara alternatif agar usaha mereka dapat bertahan; para pendidik terus memberikan pengajaran secara kreatif. Mengusahakan yang baik untuk kehidupan bersama adalah wujud syukur dan tanggung jawab atas hidup yang telah dianugerahkan Tuhan.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berhadapan dengan situasi yang memprihatinkan. Ia berjumpa dengan orang yang tangan kanannya lumpuh. Aturan Sabat yang dijunjung tinggi oleh ahli Taurat dan orang-orang Farisi ternyata membatasi perjuangan untuk memuliakan kehidupan. Alih-alih hari Sabat untuk manusia, manusia malah dikorbankan untuk hari Sabat! Berhadapan dengan batasan ini Yesus melampauinya. Ia memperjuangkan yang baik untuk kehidupan manusia. Ia tidak takut dengan komentar, kemarahan, maupun sindiran dari lawan-lawan-Nya. Batas-batas itu ditembus oleh Yesus. Ia menyembuhkan orang sakit itu.

Saudara-saudari yang terkasih, dalam konteks kehidupan kita, banyak hal kerap kali membatasi kita dan membuat kita berhenti alias tidak berbuat apa-apa. Tidak hanya peraturan, situasi-situasi tertentu juga membuat kita tidak berdaya, takut dan putus asa. Yesus mengajak kita untuk berani menembus batas-batas tersebut dalam rangka memperjuangkan hal-hal yang baik dalam kehidupan ini. Yesus mengajak kita untuk tidak berdiam diri atau sebaliknya bersikap reaktif dengan menyalahkan sana-sini, tetapi hendaknya kita berpikir solutif.

Kita semua sedang berhadapan dengan banyak batasan karena situasi pandemi ini. Apa yang dapat kita perbuat untuk kesembuhan orang-orang yang menderita sakit? Apa yang dapat kita perbuat untuk memperjuangkan kehidupan bersama yang lebih baik? Selamat merenung untuk menemukan cara-cara solutif yang menembus batas!