Tuhan Maharahim

Minggu, 11 Oktober 2020 – Hari Minggu Biasa XXVIII

142

Matius 22:1-14

Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: “Hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”

***

Karena pandemi Covid-19, sudah sekian bulan kita menjalani hidup dalam protokol kesehatan yang ketat. Sepanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kita menerapkan physical distancing, menghindari kerumunan orang, menggunakan masker, tetap tinggal di rumah, dan sebagainya. Dalam situasi seperti ini, pesta perkawinan bukanlah tempat yang menarik minat untuk kita datangi. Akan tetapi, marilah kita bersama-sama masuk dalam kontemplasi dan hadir dalam perumpamaan tentang perjamuan kawin yang dikisahkan Yesus hari ini.

Yesus saat itu berada di Yerusalem yang sedang dipenuhi oleh para peziarah. Sangat mungkin bahwa kebanyakan di antara mereka membawa bekal yang terbatas, bahkan mungkin pula ada yang kelaparan. Dapat kita rasakan bahwa di depan orang-orang dalam situasi demikian, gambaran yang dikisahkan dalam perumpamaan ini amat menggoda. Bagaimana tidak, suatu perjamuan tentu dipenuhi oleh hidangan yang lezat, daging yang empuk, serta anggur yang nikmat. Lebih lagi yang mengundang adalah seorang raja. Para undangan pasti merasa bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki martabat terhormat.

Melalui perumpamaan ini, Yesus ingin menggambarkan bagaimana karya keselamatan Allah boleh kita rasakan. Di hadapan Allah, sang Raja, kita ini hanyalah rakyat jelata yang sesungguhnya tidak layak diundang menghadiri pesta. Demikianlah panggilan Tuhan untuk kita sesungguhnya melulu karena inisiatif dan anugerah dari-Nya. Siapa kita? Kita adalah pendosa yang tidak pantas berada di hadapan-Nya. Di hadapan Allah, kita bukanlah siapa-siapa. Oleh karena itu, undangan dari Allah menunjukkan kerahiman-Nya. Meskipun kita berdosa dan bersahaja, Ia tetap mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Hanya orang bodoh yang menolak undangan itu!

Meskipun demikian, banyak orang yang diundang ternyata tetap saja tidak datang. Demikianlah, banyak orang tidak peduli akan karya keselamatan Tuhan. Mereka sibuk dengan urusan sendiri-sendiri, atau mungkin terkungkung oleh segala pikiran mereka sendiri. Ada juga orang yang datang ke pesta, tetapi tidak mengenakan pakaian yang pantas. Mereka ini adalah orang-orang yang seakan memenuhi panggilan Tuhan, tetapi terus hidup di dalam dosa.

Semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang datang ke perjamuan kawin dengan pakaian yang pantas. Kita bersikap demikian karena tahu bahwa ini adalah undangan kerahiman Tuhan kepada kita orang-orang berdosa.