Menjadi Apakah Anak Ini Nanti?

Rabu, 23 Desember 2020 – Hari Biasa Khusus Adven

279

Lukas 1:57-66

Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” Kata mereka kepadanya: “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.” Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: “Namanya adalah Yohanes.” Dan mereka pun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah.

Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia.

***

Sejatinya, kelahiran seorang anak dalam keluarga selalu menjadi penyebab sukacita dan kegembiraan yang tiada tara, tidak hanya di keluarga itu sendiri, tetapi juga di antara tetangga dan sanak keluarga lainnya. Ini terjadi lebih-lebih kalau anugerah besar itu telah diharapkan dan dinanti-nantikan dalam suatu rentang waktu yang cukup lama.

Dua hari menjelang perayaan Kelahiran Kristus, Penginjil Lukas memperdengarkan kepada kita narasi kelahiran Yohanes Pembaptis. Ada dua elemen penting yang bisa kita renungkan dari kisah kelahiran Yohanes ini.

Pertama, besarnya sukacita yang dialami Zakharia dan Elisabet karena Tuhan sungguh mendengarkan harapan mereka akan kehadiran seorang anak. Sukacita tersebut juga menjadi kegembiraan para tetangga dan sanak saudara. Mereka turut berbahagia karena Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepada Zakharia dan Elisabet.

Kedua, sukacita besar yang dialami Zakharia dan Elisabet justru menimbulkan perdebatan di antara sanak keluarga menyangkut penamaan anak itu. Dalam tradisi orang Yahudi pada masa itu, delapan hari setelah kelahirannya, seorang anak akan disunat dan secara resmi diberi nama. Lukas melukiskan bahwa ketika ditanya oleh keluarga dan handai tolan mengenai nama anak yang baru lahir itu, Elisabet dan juga Zakharia berkeras menamainya Yohanes. Para tetangga dan sanak keluarga menentang, sebab biasanya anak diberi nama menurut nama ayahnya atau kerabat mereka. Namun, Elisabet dan Zakharia tetap pada pendirian mereka untuk menamai putra mereka sesuai dengan yang diwahyukan Tuhan. Sanak keluarganya kemudian mengalah. Mereka pun bertanya-tanya, “Menjadi apakah anak ini nanti?”

Kelahiran Yohanes Pembaptis menunjukkan kepada kita tentang karya agung Tuhan dalam sejarah manusia dan keterbatasan kita dalam memahami “pola pikir” Tuhan atas hidup kita. Tak dapat disangkal, Tuhan sering kali melakukan sesuatu yang baru dalam hidup kita, yang kadang melampaui akal sehat manusiawi kita. Dalam kisah Yohanes Pembaptis, keluarga besar dan tetangga yang menaati tradisi memiliki ide sendiri agar anak itu dipanggil dengan nama ayahnya. Melalui Elisabet dan Zakharia, Tuhan melakukan sesuatu yang baru. Nama anak itu akan mencerminkan hal baru yang sedang dilakukan Tuhan baginya. Ketika Zakharia mengatakan bahwa nama anak itu adalah Yohanes, disebutkan bahwa orang-orang menjadi heran dan terkejut.

Melalui kisah ini, kita ditantang untuk terbuka terhadap hal baru yang Tuhan lakukan. Pertanyaan “menjadi apakah anak ini nanti” mengajak kita untuk membuka hati kepada kehendak Tuhan. Sebagaimana Yohanes Pembaptis menjadi figur yang mempersiapkan kita untuk kedatangan Yesus, kita juga mestinya menjadi tanda yang mewartakan kehadiran Allah bagi sesama. Sejatinya, Tuhan memanggil setiap orang untuk hidup dengan misi tertentu yang menjadikan hidupnya bermakna.