Yusuf, Penjaga dan Pelindung Keluarga

Senin, 28 Desember 2020 – Pesta Kanak-kanak Suci

285

Matius 2:13-18

Setelah orang-orang majus itu berangkat, tampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.” Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.”

Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: “Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.”

***

Yusuf diberi perhatian besar oleh Matius dengan menampilkannya berulang kali. Dia digambarkan sebagai orang yang dipanggil dan dituntun oleh malaikat Tuhan melalui mimpi, orang yang memberi nama kepada Yesus, serta orang yang diperintahkan membawa Maria dan Yesus ke tempat yang ditunjukkan oleh malaikat Tuhan dalam mimpi. Namun, tindakan-tindakan Yusuf ditempatkan dalam konteks pelayanan dan pengabdiannya terhadap sang Anak dan ibu-Nya sesuai dengan tuntunan dan bisikan wahyu yang diterimanya melalui mimpi.

Yusuf ditampilkan oleh Matius sebagai sosok yang tidak banyak berinisiatif. Satu-satunya inisiatif Yusuf adalah ketika memutuskan untuk menceraikan Maria secara diam-diam. Namun, inisiatif ini dihalangi oleh malaikat Tuhan melalui mimpi. Sejak saat itu, seluruh tindakannya mengikuti petunjuk dari Yang Ilahi.

Melalui mimpi, Yusuf diperingatkan Tuhan bahwa Herodes berniat membunuh Yesus. Ia lalu diperintahkan untuk membawa keluarganya mengungsi ke Mesir. Kisah pengungsian ini memenuhi nubuat Kitab Suci: “Dari Mesir Kupanggil anak-Ku” (Hos. 11:1). Nubuat ini terpenuhi ketika kelak Yusuf diperintahkan untuk membawa pulang “Anak itu beserta ibu-Nya” ke tanah Israel. Pada saat itu, Yusuf diperintahkan lagi untuk membawa Anak itu dan ibu-Nya pergi ke Nazaret di Galilea. Nazaret menjadi tempat pengungsian kedua bagi keluarga Yusuf setelah Mesir. Pengungsian ini juga memenuhi apa yang telah dinubuatkan oleh para nabi: “Ia akan disebut: Orang Nazaret” (Mat. 2:23).

Dari gambaran singkat tentang Yusuf di atas kiranya bukan tanpa alasan jika kita melihat sosok Yusuf sebagai penjaga dan pelindung keluarga. Seluruh sikap dan tindakannya memperlihatkan semangat belas kasih, keterbukaan, cinta, iman, dan pengorbanan diri. Yusuf menunjukkan kepada kita apa artinya cinta yang tidak hanya diungkapkan dengan kata-kata, tetapi juga dengan sikap dan tindakan yang nyata. Ia menempatkan keselamatan Maria dan Yesus pada tempat pertama. Cinta itu tidak terpusat pada diri sendiri, tetapi terarah kepada orang lain. Cinta yang terarah kepada orang lain hanya mungkin terjadi kalau kita mau menyangkal diri.