Hari Raya Kabar Sukacita

Kamis, 25 Maret 2021 – Hari Raya Kabar Sukacita

1387

Lukas 1:26-38

Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

***

Tanggal 25 Maret dalam kalender liturgi kita selalu menjadi Hari Raya Kabar Sukacita. Karena itu, dalam kesempatan ini, saya akan membuka Kalender Liturgi Gereja Katolik secara komplet. Di sana ada Lingkaran Natal dan Lingkaran Paskah.

Perayaan Natal 25 Desember bukanlah perayaan mandiri karena berkaitan dengan perayaan-perayaan lainnya. Sembilan bulan sebelumnya, yakni tanggal 25 Maret, Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel. Saat menjumpai Maria, Gabriel mengatakan bahwa Elisabet waktu itu tengah enam bulan mengandung (Luk. 1:36), sehingga tiga bulan sesudahnya, yakni pada tanggal 24 Juni, kita merayakan kelahiran Yohanes Pembaptis. Kita melangkah maju setelah Natal. Delapan hari setelah Natal, bayi yang dilahirkan Maria diberi nama Yesus (Luk. 2:21). Itu adalah tanggal 1 Januari, tahun baru. Inilah dasar penetapan Anno Domini (Tahun Tuhan), yang disebut juga Tahun Masehi.

Sementara itu, Hari Raya Paskah tanggalnya berubah-ubah karena merupakan perpaduan perhitungan kalender lunar (bulan) dengan kalender solar (matahari). Hari Raya Paskah ditentukan pada hari Minggu saat bulan purnama di musim semi. Menurut perhitungan ini, Yesus wafat dua hari sebelumnya. Hari Raya Paskah dipakai sebagai patokan untuk menentukan Rabu Abu (empat puluh hari sebelumnya), Hari Raya Kenaikan Tuhan (empat puluh hari sesudahnya), dan Pentakosta (lima puluh hari sesudahnya).

Akan tetapi, kedua lingkaran Natal dan Paskah sesungguhnya terkait-bersambung. William J. Tighe, lektor kepala jurusan sejarah dari Muhleberg College dalam artikel berjudul Calculating Christmas, memaparkan bukti-bukti bahwa pada abad 2 dan 3, orang kristiani baik Timur maupun Barat sudah berusaha menentukan tanggal kelahiran Yesus. Penentuan itu berangkat dari kepercayaan Yudaisme pada zaman Kristus bahwa para nabi Israel mengalami kematian pada tanggal yang sama dengan hari kelahiran mereka. Inilah kunci untuk memahami penetapan tanggal kelahiran Yesus. Penetapan tanggal kelahiran Yesus didasarkan pada tanggal kematian-Nya.

Menurut catatan yang dapat dipercaya, Yesus wafat pada tanggal 14 bulan Nisan menurut penanggalan lunar Yahudi. Jika dilihat pada penanggalan solar Romawi, padanan dari tanggal ini adalah tanggal 25 Maret tahun 29. Karena itu, tanggal 25 Maret pada awalnya dilihat sebagai hari kelahiran Yesus. Dalam perjalanan waktu, dipikirkan bahwa kematian adalah saat masuknya seseorang pada kehidupan kekal, sedangkan kelahiran adalah saat masuknya seseorang pada kehidupan di dunia. Oleh karena itu, seperti yang telah disampaikan di atas, tanggal 25 Maret kemudian ditentukan sebagai peristiwa Yesus mulai dikandung oleh Maria, sehingga kelahiran-Nya adalah sembilan bulan sesudahnya, yakni pada tanggal 25 Desember.

Tanggal tersebut ditetapkan jauh sebelum Kaisar Aurelius menetapkan tanggal 25 Desember tahun 274 sebagai pesta dewa matahari. Perlu kita ketahui bahwa pada abad 2, peringatan pesta dewa matahari sebenarnya sudah tidak dirayakan lagi, itu pun sebelumnya dirayakan pada tanggal 9 dan 28 Agustus. Karena itu, penetapan Kaisar Aurelius untuk merayakan kembali pesta ini dan pemilihan tanggal 25 Desember merupakan tindakan simbolis-politis. Di Eropa, tanggal 21 Desember adalah titik balik matahari, di mana panjang siang sama dengan panjangnya malam. Oleh karena itu, kaisar berharap bahwa kejayaan kekaisaran akan kembali bersinar, sebagaimana pada tanggal 25 Desember siang hari berlangsung lebih lama dari malam hari.

Dengan demikian, apakah Natal sebagai perayaan hari kelahiran Yesus mengambil alih pesta dewa matahari? Jawabannya adalah tidak.

SOURCEW. Teguh Santosa SJ
SHARE