Teguh dalam Iman

Sabtu, 17 April 2021 – Hari Biasa Pekan II Paskah

84

Yohanes 6:16-21

Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang. Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Aku ini, jangan takut!” Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.

***

Bacaan Injil hari ini menceritakan Yesus yang datang kepada para murid di saat mereka sedang menghadapi badai di tengah danau. Ia menghibur mereka dan berkata, “Aku ini, jangan takut!” Setelah Yesus naik ke atas perahu, seketika mereka mencapai pantai dengan selamat.

Lebih dari sekadar kisah mukjizat, kisah ini bersifat simbolis. Perahu adalah simbol Gereja, laut melambangkan dunia, dan badai menunjuk pada tantangan serta kesulitan yang kita temui di dunia ini. Dengan demikian, perikop ini memberi pesan bahwa kehidupan Gereja penuh dengan tantangan dan kesulitan. Namun, Tuhan akan selalu menyertai dan membantu Gereja untuk memastikan bahwa Gereja sampai pada tujuan akhir yang sebenarnya, yakni Kerajaan Allah.

Seharusnya kita jangan pernah merasa bahwa Tuhan meninggalkan kita. Meskipun terkadang merasa demikian, kita harus tetap teguh dalam iman bahwa kita memiliki Tuhan yang penuh kasih. Tuhan selalu menepati janji-Nya. Dia tidak pernah meninggalkan kita. Dalam kesulitan dan penderitaan, Dia hadir dan berkata, “Aku ini, jangan takut!” Namun, apakah kita bisa melihat Dia? Selama kita teguh dalam iman, tetap berproses dalam penderitaan dan kesulitan, kita tidak akan pernah kehilangan harapan. Perahu kita akan mendarat di Kerajaan Allah, dengan selamat.

Badai yang luar biasa sedang menerpa kita, dan ini sudah berlangsung sekian lama. Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak penderitaan dan kesulitan. Orang kehilangan pekerjaan, kehilangan orang yang dicintai, terpisah dengan keluarga, mengalami kelaparan, dan banyak lagi. Dalam situasi ini, orang bisa berpikir bahwa Tuhan tidak ada. Jika Tuhan ada, mengapa Dia membiarkan saja semua penderitaan ini terjadi? Jika Tuhan ada, mengapa Dia tidak segera menjawab teriakan minta tolong yang dikumandangkan dalam doa-doa? Kita merindukan Tuhan yang menjelma menjadi manusia; Tuhan yang berkeliling menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan mengenyangkan orang lapar.

Tuhan menjelma lagi menjadi manusia? Mari kita sadari bahwa hal itu sekali saja sudah cukup. Yesus telah melakukan bagian-Nya dan melakukan itu dengan cara yang terbaik. Ia telah memberikan kesaksian, telah pula menganugerahkan dan menguatkan iman kita. Sekarang giliran kita untuk berjuang dengan sungguh-sungguh dalam iman yang teguh.