Anak-Anak Terang

Selasa, 31 Agustus 2021 – Hari Biasa Pekan XXII

130

Lukas 4:31-37

Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras: “Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah darinya!” Dan setan itu pun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar darinya dan sama sekali tidak menyakitinya. Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: “Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka pun keluar.” Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu.

***

Rasul Paulus menasihati jemaat di Tesalonika agar senantiasa setia hidup benar dan tetap konsisten (bacaan pertama hari ini, 1Tes. 5:1-6, 9-11). Alasannya, hari penghakiman Tuhan akan datang seperti pencuri di waktu malam. Yang mengetahui kapan dan saatnya hal itu akan terjadi hanya Tuhan sendiri. Manusia tidak tahu kapan Tuhan akan datang untuk memanggil dan menghakimi mereka. Karena itu, menjadi tugas jemaat untuk membangun kesetiaan dan ketaatan yang konsisten.

Paulus juga meminta mereka agar tidak hidup dalam kegelapan. Selain karena hari Tuhan akan mendatangi mereka dalam waktu yang tak terduga, alasannya adalah karena identitas mereka yang sesungguhnya adalah anak-anak terang atau anak-anak siang. Mereka adalah anak-anak Allah yang mahabaik, anak-anak yang terberkati, terhormat, unggul, dan lebih istimewa dibandingkan dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Karena itu, sungguh tidak benar dan terasa sangat aneh kalau mereka memilih untuk hidup dalam kegelapan.

Sementara itu, bacaan Injil hari ini berkisah tentang bagaimana orang-orang di Kapernaum menyaksikan Yesus yang mengajar dengan penuh kuasa. Hal ini tidak mereka temukan dalam diri dan hidup pengajar-pengajar yang lain. Pengajaran Yesus yang penuh kuasa berlanjut dalam tindakan-Nya terhadap orang yang kerasukan setan. Mengalami kekuatan dan daya yang tidak biasa dalam diri Yesus, orang itu tiba-tiba berteriak-teriak. Wakil dari dunia kegelapan pun ternyata mengenal dengan sangat sempurna siapa Yesus yang sebenarnya.

Dengan penuh wibawa dan kuasa, Yesus menghardik setan yang merasuki orang itu. Seketika keluarlah setan itu dari tubuh orang tersebut tanpa menyakitinya sama sekali. Sekali lagi, dengan ini tampak bahwa Yesus sungguh-sungguh memiliki kuasa dan bahwa Dia memang Anak Allah. Karena itu, orang-orang yang ada di situ, juga kemudian masyarakat luas, merasakan ada sesuatu yang khusus, tidak bisa, spesial, dan unik yang dimiliki oleh sosok Yesus. Ia mengajar dan melakukan sesuatu sebagai pribadi yang berkuasa dan memiliki wewenang.

Kedua bacaan hari ini mengingatkan kita untuk tetap bertekun dalam kebenaran karena sesungguhnya kita adalah anak-anak Allah. Berkat pengenalan akan Kristus, identitas dan martabat kita dengan sendirinya adalah anak-anak Kristus. Kewajiban kita untuk hidup dalam kebenaran tidak sekadar untuk mengantisipasi hari kedatangan Tuhan yang tidak diketahui kapan waktunya, tetapi lebih dari itu karena kita adalah anak-anak Allah atau anak-anak terang. Kristus yang kita imani tidak sekadar seorang pengajar biasa, tetapi Yang Kudus dari Allah. Ia memiliki kuasa, wewenang, dan otoritas atas keselamatan kita. Orang yang bertekun dalam hal-hal benar akan selalu melihat kuasa dan kekuatan Yesus itu dalam hidup mereka.