Kedudukan Utama Kristus di Atas yang Lain

Jumat, 3 September 2021 – Peringatan Wajib Santo Gregorius Agung

113

Lukas 5:33-39

Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.” Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”

Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: “Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.”

***

Setelah mendoakan jemaat di Kolose, Paulus mulai mengajar mereka tentang keutamaan-keutamaan Kristus di hadapan segala makhluk hidup dan tentang posisi-Nya di hadapan Allah, Bapa-Nya (bacaan pertama hari ini, Kol. 1:15-20). Paulus menegaskan bahwa Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, dan yang lebih utama dari segala yang diciptakan. Kristus adalah kepala jemaat, yang pertama bangkit dari antara orang-orang mati, sehingga Ia lebih utama dari segala yang lain. Dengan darah Kristus, Allah memperdamaikan segala sesuatu di surga maupun di dunia. Dengan ini, Paulus menempatkan Kristus bukan sebagai perantara, melainkan sebagai Anak Allah sendiri. Dalam Dia, Allah menyelenggarakan segala sesuatu bagi umat-Nya.

Sementara itu, dalam bacaan Injil, Yesus memperbarui cara beriman dan berpikir di antara orang Farisi. Bertolak dari protes orang Farisi karena murid-murid-Nya tidak berpuasa, Yesus mengkritik penghayatan iman mereka yang kaku, formalistis, dan tidak kritis. Bagi Yesus, model penghayatan iman seperti itu akan berkembang menjadi sesuatu yang hanya di permukaan dan tidak manusiawi. Orang hanya mementingkan ketaatan terhadap peraturan secara lahiriah, tidak peduli dengan bobot dan nilainya.

Yesus kemudian melanjutkan kritik dan sindiran-Nya terhadap kekakuan ekstrem orang Farisi melalui perumpamaan tentang mengoyakkan kain dari baju yang baru untuk menambal baju yang tua dan tentang menuang anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua. Yesus melihat bahwa inisiatif untuk memperbarui sesuatu memang berpotensi menimbulkan protes dan penolakan. Mengkritik, memperbaiki, atau bahkan mengubah hal yang sudah dianggap mutlak, final, dan sempurna memang tidak mudah. Bertolak dari kenyataan itu, bagi Yesus, yang terbaik adalah agar “anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula”. Sesuatu yang baru, baik, dan berharga harus dimasukkan ke dalam hati dan diri yang sudah diperbarui.

Kedua bacaan hari ini mengajarkan tentang keutamaan Kristus yang membawa pembaruan dalam penghayatan terhadap model relasi dengan Allah. Paulus menegaskan tentang keutamaan Kristus dibandingkan yang lain, sedangkan bacaan Injil menunjukkan keutamaan Kristus yang menghadirkan pembaruan. Demikianlah, Kristus memiliki otoritas, kuasa, dan kedudukan utama di hadapan Allah dan segala ciptaan untuk memperbarui segalanya. Dari sini, kita diajak untuk belajar mendengarkan dan melaksanakan apa yang diajarkan Kristus kepada kita sebagai jalan yang benar. Kita juga diajak untuk menjadi “kantong yang baru” agar dapat menerima dan mengalami pembaruan yang dibawa oleh Kristus. Jika kita tidak bersedia menjadi “kantong yang baru”, kita pun tidak akan berubah dan berkembang menuju hati dan hidup yang baru.