Melayani dengan Kerendahan Hati dan Kasih

Minggu, 19 September 2021 – Hari Minggu Biasa XXV

292

Markus 9:30-37

Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.

Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?” Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.”

***

Seorang siswa suatu ketika sharing kepada saya sambil menangis. Dia merasa tertekan dengan harapan keluarga yang menginginkannya kuliah di jurusan tertentu, sehingga kelak bisa menjadi manajer perusahaan besar seperti saudara sepupunya, padahal sejak kecil dia hanya punya satu cita-cita, yakni menjadi seorang chef. Dia merasa keluarga besarnya memiliki pandangan bahwa ukuran kesuksesan adalah menjadi pejabat atau memimpin perusahaan, sementara dia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menjadi seperti itu. Saya lalu mencoba memberi masukan kepadanya dan meyakinkannya untuk memilih jalan hidup sesuai dengan bakat, kemampuan, dan passion-nya. Jangan pernah ragu memilih sesuatu sesuai dengan panggilan jiwa. Jangan memilih hanya agar sama dengan pandangan orang lain.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus juga menawarkan sesuatu yang sangat berbeda. Menurut pandangan dunia, orang yang besar adalah orang yang berada di tempat terhormat, menduduki posisi tertinggi, dan dilayani oleh banyak orang. Itu juga yang ada dalam pandangan para murid. Mereka membayangkan, ketika kelak Yesus menjadi raja, merekalah yang berada di lingkaran pertama dan akan menjadi para pejabat-Nya. Mereka belum memahami apa yang menjadi visi Yesus. Ketidakpahaman ini membawa mereka pada pembicaraan tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Menanggapi hal itu, Yesus mengatakan bahwa untuk menjadi yang terdahulu harus menjadi yang terakhir, menjadi pelayan dari semuanya.

Dalam kehidupan sehari-hari, orang umumnya tidak ingin menjadi yang terakhir. Orang tua rela melakukan apa pun agar anaknya memperoleh peringkat pertama di sekolah. Di dunia kerja juga demikian; semua berusaha untuk menjadi yang pertama. Memang itulah pendangan dunia ini. Menjadi yang terdepan dan nomor satu adalah ukuran kesuksesan. Tidak ada orang yang bercita-cita menjadi pelayan. Semua orang berlomba-lomba untuk sekolah setinggi-tingginya agar kelak memiliki pekerjaan yang bergengsi.

Jika demikian, tampaknya yang ditawarkan Yesus tidak masuk akal. Namun, apakah menjadi pengikut Yesus berarti tidak perlu memiliki cita-cita yang tinggi, tidak perlu bersusah payah untuk menjadi yang terbaik? Apakah bila mengikuti Yesus, kita tidak boleh menduduki posisi yang tinggi dalam suatu pekerjaan? Sama sekali bukan demikian.

Inti ajaran Yesus hari ini bukanlah tentang posisi atau jabatan, tetapi tentang semangat yang harus kita hidupi. Apa pun yang kita kerjakan, apa pun posisi kita, entah sebagai pemimpin atau anggota biasa, sebagai pengikut Kristus, kita harus melaksanakannya dengan semangat pelayanan. Semangat pelayanan yang sejati hanya bisa kita miliki jika kita memiliki kerendahan hati dan kasih. Semoga kita semakin memiliki semangat pelayanan dan kasih terhadap sesama melalui tugas-tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita.