Berani Memohon Penyembuhan

Jumat, 7 Januari 2022 – Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan

78

Lukas 5:12-16

Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat menahirkan aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk penahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.

***

Pada zaman dahulu, orang yang memiliki penyakit kusta adalah orang yang paling tersingkirkan dalam masyarakat. Penyakit ini membuat diri seseorang menjadi najis, sehingga mendatangkan rasa malu yang tak terhingga. Ia pun harus menyingkir jauh-jauh, sebab masyarakat menolak keberadaan dirinya.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus kedatangan seorang tamu yang tak diundang, yaitu seorang kusta. Ketika melihat Yesus, orang itu dengan berani dan dengan kehendak yang kuat mendatangi-Nya, jatuh tersungkur di hadapan-Nya, dan memohon kesediaan-Nya untuk memberikan penahiran atau dengan kata lain kesembuhan dari sakit kusta. Dengan hati yang penuh belas kasihan, Yesus mengulurkan tangan dan menjamah orang itu. Seketika itu juga penyakit kusta orang tersebut lenyap.

Sebagai manusia, kita ini penuh dosa. Dosa ini membuat kita menjadi najis dan kotor, tidak layak untuk berdiri di hadapan Allah. Sudah seharusnya orang kusta dalam bacaan Injil hari ini menjadi teladan bagi kita semua. Meskipun najis dan disingkirkan, ia terpesona terhadap Yesus, beriman kepada-Nya, dan berani memohon penyembuhan dari-Nya. Ketika kita terpuruk dalam dosa, selayaknya kita mengikuti teladannya, alih-alih sekadar berdiam diri meratapi nasib.

Saudara-saudari terkasih, sebagai manusia berdosa, beranikah kita memohon pengampunan dari-Nya?