Menghadapi Tantangan

Minggu, 30 Januari 2022 – Hari Minggu Biasa IV

140

Lukas 4:21-30

Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

***

Bacaan pertama hari ini (Yer. 1:4-5, 17-19) berisi sharing pengalaman iman Nabi Yeremia tentang Allah yang sejak awal sudah memilih dan mempersiapkan dirinya untuk tugas pewartaan. Yeremia mengalami bahwa Allah telah menguduskan dirinya sejak dari dalam kandungan ibunya untuk tugas ini. Allah lalu memerintahkan dirinya untuk bersiap, bangkit menjadi nabi bagi bangsa-bangsa, menyampaikan apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka. Allah meneguhkan dan menguatkan Yeremia agar tidak takut dan mundur dalam tugas pengutusan yang serius ini. Ia berjanji akan menguatkan, melindungi, dan membuatnya menjadi kokoh. Allah berjanji akan selalu menyertai sang nabi, mengalahkan musuh-musuhnya, dan melindungi dia.

Dalam bacaan kedua (1Kor. 12:31 – 13:13), Rasul Paulus menasihati segenap jemaat di Korintus dengan sebuah pesan utama, yakni agar bertekun mengejar karunia-karunia yang jauh lebih hakiki. Bagi Paulus, jalan untuk mencapai hal itu adalah kasih. Kasih jauh lebih utama; kasih pulalah yang menyempurnakan segala sesuatu. Kasih adalah dasar dan kekuatan untuk mengalahkan yang lain dan menyempurnakan hal-hal yang bersifat sementara belaka.

Semangat kasih yang mendasari atau yang menjadi roh dalam tugas dan pengutusan inilah yang diperlihatkan oleh Yesus sendiri dalam bacaan Injil hari ini. Pengalaman ditolak oleh orang-orang di kampung halaman-Nya sendiri sama sekali tidak membuat-Nya mundur dalam tugas pengutusan. Ia menghadapi tantangan-tantangan yang menghadang pekerjaan-Nya dengan pengampunan dan kasih yang kokoh. Atas dasar semangat kasih, tantangan-tantangan tersebut Ia hadapi dengan tenang dan penuh semangat. Kesaksian sempurna dari Kristus ini meneguhkan kita untuk belajar tetap tekun dan setia dalam melakukan hal-hal yang luhur dan baik, sekalipun harus berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat dan mengerikan.