Najis

Rabu, 9 Februari 2022 – Hari Biasa Pekan V

113

Markus 7:14-23

Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: “Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.” [Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!]

Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. Maka jawab-Nya: “Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?” Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. Kata-Nya lagi: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”

***

Hari ini Yesus sekali lagi mengajar orang banyak. Dia mengatakan bahwa bukan apa yang masuk ke dalam diri seseorang yang berpotensi menajiskan orang itu, melainkan yang keluar dari dirinya. Banyak dari kita memahami bahwa sumber kenajisan adalah makanan yang dilarang oleh agama. Bila orang memakan makanan itu, dirinya menjadi najis dan berdosa. Bagi Yesus, yang menajiskan adalah niat jahat yang muncul dari dalam hati dan pikiran seseorang, bukan makanan. Niat jahat itulah yang menyebabkan orang berbuat dosa. 

Dosa pertama-tama muncul dari niat di dalam diri kita. Ketika kita terus memikirkannya, niat itu perlahan-lahan berkembang menjadi perbuatan dosa. Sebagai contoh, keinginan suami atau istri untuk mengingkari janji pernikahan. Dimulai dengan niat yang didukung oleh situasi yang memungkinkan, mereka kemudian berselingkuh. Itu menunjukkan bahwa keinginan untuk berbuat dosa berasal dari dalam diri kita.

Lalu, bagaimana kita bisa menghindari dosa? Kita perlu berdoa kepada Tuhan dan meminta bantuan-Nya untuk memusnahkan keinginan-keinginan negatif yang ada dalam pikiran dan hati kita. Kita juga harus melakukan bagian kita, yakni melepaskan diri dari keinginan untuk berbuat dosa, serta menghindarkan diri dari lingkungan dan kondisi yang mendukung untuk berbuat dosa. Perlu disadari bahwa meskipun kita berdoa, cepat atau lambat kita akan tetap jatuh ke dalam dosa kalau tindakan kita tidak sesuai dengan apa yang kita doakan. Ini sejalan dengan pepatah yang mengatakan: Tuhan membantu mereka yang membantu diri mereka sendiri.

Apa yang ada di dalam diri kita yang berpotensi menajiskan diri kita? Apakah kemarahan, sakit hati, iri, kesombongan, atau dendam? Kita dapat memantau arah pikiran dan niat hati kita, serta berketetapan untuk mengendalikannya. Hari ini semoga kita sadar akan pentingnya menjaga hati dan pikiran kita. Sudah saatnya kita melepaskan diri dari segala pikiran dan keinginan untuk berbuat dosa. Ini hanya bisa terjadi jika kita meminta Yesus untuk datang ke dalam hidup kita.