Memanggil Domba menurut Namanya

Senin, 9 Mei 2022 – Hari Biasa Pekan IV Paskah

147

Yohanes 10:1-10

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari darinya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”

Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

***

Nama menunjukkan identitas diri dan eksistensi seseorang. Ketika seseorang dipanggil dengan namanya, dia secara personal disapa dan diakui keberadaannya. Berbeda jika seseorang disapa dengan kata-kata yang umum, seperti “kamu”. Mungkin orang tersebut tidak akan menggubris, menoleh, bahkan menanggapi. Ini karena dia tidak merasa dipanggil, disapa, atau dikenali. Nama bagaikan pintu masuk yang membuat seseorang mau terbuka atau membuka diri pada mereka yang menyapa atau memanggilnya secara personal.

Gembala yang baik akan masuk melalui pintu, sedangkan pencuri, perampok, ataupun orang asing akan masuk ke dalam kandang tidak melalui pintu. Alih-alih pintu, mereka diam-diam akan memanjat tembok, sehingga domba-domba tidak akan mengenali, apalagi mengikuti mereka.

Bacaan Injil hari ini melanjutkan kembali gambaran dan kualitas gembala yang baik, yakni mengenal dengan sungguh domba-dombanya: “Ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.” Saya tertarik untuk mengajak kita semua merenungkan lebih jauh tentang sapaan atau panggilan personal ini.

Tuhan adalah Gembala yang baik. Dia mengenal sungguh kita masing-masing secara pribadi. Kita semua diperhatikan dan dicintai-Nya satu per satu dengan keunikan kita masing-masing. Kisah gembala yang mempunyai seratus ekor domba, dan mencari sampai ketemu seekor di antaranya yang hilang adalah gambaran betapa Tuhan mencintai kita masing-masing. Setiap pribadi diperhatikan oleh Tuhan. Setiap pribadi bernilai dan berharga di mata-Nya.

Terkadang kita merasa bahwa Tuhan begitu jauh. Ia tidak peduli dan tidak memperhatikan hidup kita, terutama ketika kita berada dalam situasi-situasi yang sulit. Semoga kabar baik yang kita dengar hari ini mengubah anggapan kita yang keliru itu. Tuhan mengenal dan memperhatikan setiap domba-Nya satu per satu. Dia mencintai kita. Dia peduli dan mengerti segala persoalan kita. Mari kita dengarkan suara dan kehendak-Nya, serta mengikuti seluruh ajaran dan rencana-Nya!