Kualitas Hidup Manusia Kristiani: Ruang bagi Ketidaksempurnaan

Jumat, 24 Juni 2022 – Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus

135

Lukas 15:3-7

Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

***

Yesus bersabda, “Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

Ada keunikan dalam diri manusia, yaitu kerinduan akan kesempurnaan. Hasrat akan kesempurnaan membawa manusia pada keinginan untuk mencari kepastian. Segala sesuatu harus jelas seturut kategori yang sudah dibuat. Ketika sesuatu atau seseorang tidak sesuai dengan kategori yang berlaku, hal itu atau orang itu harus disingkirkan.

Pada kenyataannya, cita-cita akan kesempurnaan hanyalah ilusi. Kita akan menjumpai begitu banyak ketidaksempurnaan di tengah-tengah keseharian hidup. Kita akan berjumpa dengan carut-marut kehidupan. Mari kita bayangkan Allah Putra yang hadir di tengah-tengah manusia. Allah Putra yang dikandung oleh Bunda Maria kemudian tinggal dan hidup bersama dengan kita. Itulah Yesus yang tidak segan berjumpa dengan ketidaksempurnaan, dengan carut-marut kehidupan!

Hari ini kita merayakan Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus. Hati Yesus mengingatkan kita untuk kembali pada semangat Yesus, yakni semangat inklusif, semangat merengkuh dan menerima mereka yang hidup dalam ketidaksempurnaan. Itulah hati yang kokoh, hati yang luas yang mampu membuka berbagai kemungkinan, hati yang tidak memberi label dan cap, hati yang mengarahkan manusia pada transformasi kesejatian hidup.