Calon Murid Yesus

Rabu, 28 September 2022 – Hari Biasa Pekan XXVI

74

Lukas 9:57-62

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.”

Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”

***

Bukan hanya penolakan, dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus bertemu pula dengan beberapa orang yang berminat menjadi pengikut-Nya. Anehnya, Ia tampak tidak antusias menyambut mereka. Tanggapan Yesus terhadap tiga calon murid baru ini dingin-dingin saja.

Perhatian kita arahkan pada calon murid yang pertama. Mendobrak kebiasaan, orang ini berinisiatif mendaftarkan diri menjadi murid Yesus tanpa syarat apa pun. Kepadanya, Yesus langsung menghadapkan sebuah realitas: “Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Baik bahwa ia telah mendatangi Yesus dengan penuh semangat. Namun sayang, semangat semacam ini sering kali hanya membara di permulaan, cepat pudar begitu menghadapi tantangan (bdk. dengan semangat Petrus, Luk. 22:33). Karena itu Yesus mengingatkan bahwa menjadi murid-Nya berarti harus siap menghadapi tantangan yang besar, misalnya harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain karena ditolak di sana-sini.

Sikap keras Yesus bermaksud menantang siapa saja yang berminat mengikuti Dia agar teguh dalam pendirian dan mengutamakan Kerajaan Allah di atas segalanya. Ia membutuhkan murid-murid yang rela mengesampingkan kepentingan-kepentingan pribadi, termasuk kenyamanan hidup. Mengikuti Dia dengan demikian bukan perkara mudah. Kita tidak akan jadi kaya raya, justru hidup kita jadi penuh tantangan karenanya. Bagaimana? Masih mau menjadi murid-Nya?