Yesus dan Yunus

Senin, 10 Oktober 2022 – Hari Biasa Pekan XXVIII

105

Lukas 11:29-32

Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus!”

***

Kitab Yunus adalah kitab yang sangat penting. Maknanya yang luar biasa akan dapat kita rasakan asal saja kita tidak melulu terpaku pada adegan Yunus ditelan ikan raksasa. Arti penting kitab Yunus adalah penegasan bahwa Tuhan mencintai semua orang tanpa pandang bulu. Di mata orang Israel, orang Niniwe adalah kaum kafir. Namun, Tuhan ternyata mengasihi mereka juga. Ketika mereka jatuh ke dalam dosa, Ia mengutus Yunus untuk memberi mereka peringatan. Menakjubkan, kehadiran Yunus ternyata mendapat tanggapan positif. Orang-orang itu langsung bertobat!

Pada titik itulah Lukas membandingkan Yunus dengan Yesus. Hanya butuh waktu sekejap bagi orang Niniwe untuk percaya kepada Yunus dan berbalik dari dosa-dosa mereka. Anehnya, orang Israel yang mengklaim diri sebagai umat Allah malah tidak kunjung menerima Yesus. Mereka terus menolak Dia dan berkeras dengan kemauan mereka sendiri. Itu sebabnya Yesus sampai menyebut mereka “angkatan yang jahat”. Yesus lebih besar daripada Yunus, sebab itu dengarkanlah Dia!

Banyak pihak menyebut diri mereka umat Allah, hamba Allah, anak Tuhan, anak-anak terang, dan sejenisnya. Dengan itu, mereka mengklaim diri mereka sendiri sebagai para pemilik surga. Perlu disadari, menempeli diri dengan label semacam itu sebenarnya tidak berguna. Sebagai murid-murid Yesus, kita dituntut untuk melaksanakan firman Tuhan secara nyata. Tanpa itu, Tuhan tidak akan berkenan kepada kita. “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya,” demikian Yesus menegaskan (Luk. 11:28).