Pekerja untuk Menuai Panenan

Kamis, 26 Januari 2023 – Peringatan Wajib Santo Timotius dan Titus

90

Lukas 10:1-9

Kemudian daripada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.”

***

Bacaan Injil hari ini dengan bagus memperlihatkan pola misi dan pewartaan para murid. Pertama, tujuh puluh murid diutus berdua-dua. Angka tujuh puluh secara simbolis menunjuk pada banyaknya misionaris dalam jemaat perdana. Angka ini juga sesuai dengan pandangan tradisional tentang jumlah suku bangsa di dunia. Misi dan pewartaan jemaat ditujukan kepada segenap bangsa, di setiap rumah maupun kota. Misi ini dijalankan secara bersama, bukan suatu avontur dan eksperimen pribadi, agar tidak diklaim sebagai prestasi pribadi. Diutus berdua-dua juga menegaskan segi kerja sama dan saling mendukung antarpewarta. Dengan itu dihindari juga persaingan tidak sehat di antara mereka. Diutus berdua-dua juga demi keabsahan misi dan pewartaaan mereka.

Kedua, inti misi dan pewartaan para murid adalah menghadirkan shalom atau damai sejahtera yang berasal dari Tuhan sendiri. Damai sejahtera itu bukanlah kata-kata belaka, melainkan tindakan nyata. Mereka mewartakan dan menyembuhkan pelbagai penyakit. Kerajaan Allah yang sudah dihadirkan sang Guru, sekarang diteruskan serta disebarluaskan oleh para murid-Nya ke pelbagai lapisan dan konteks kehidupan yang nyata.

Ketiga, misi dan pewartaan para murid bukanlah menabur benih, melainkan menuai panenan. Mereka adalah “pekerja-pekerja” yang diutus untuk ikut memanen tuaian Tuhan yang berlimpah ruah. Musim menuai selalu berarti beban kerja yang meningkat, sehingga menuntut tambahan pekerja. Pekerjaan di ladang Tuhan tidak pernah cukup, sehingga selalu ada kebutuhan akan para pekerja. Kita dipanggil untuk menjadi para pekerja di ladang Tuhan, bukan sekadar penggagas di belakang meja atau pengkhotbah di mimbar saja.

Keempat, urgensi dan beban kerja di ladang Tuhan menuntut tanggapan yang sigap. Utusan Tuhan harus begerak cepat, tanpa membuang waktu dengan basa-basi, tegur sapa, dan obrolan. Mereka mewartakan dan menghadirkan shalom Tuhan, bukan salam biasa. Karena itu, mereka juga tidak perlu terlalu repot, apalagi cemas, dengan anggaran dan sarana. Para pewarta Injil harus puas dengan sarana dan keramahan orang-orang yang terbuka menerima mereka, tanpa perlu mencari kenyamanan ekstra.