Menggenapi Hukum Taurat

Rabu, 15 Maret 2023 – Hari Biasa Pekan III Prapaskah

71

Matius 5:17-19

“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga.”

***

Ketaatan pada hukum Taurat, menurut kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat, adalah segala-galanya. Inilah kunci keselamatan, sebab Tuhan akan menyelamatkan seseorang berdasarkan penilaian apakah orang itu menaati hukum Taurat atau tidak. Dengan pandangan seperti itu, kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat menuntut agar masyarakat melaksanakan hukum Taurat dengan ketat. Hukum Sabat, misalnya, harus dihormati. Mereka sampai membuat daftar apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada hari hari yang istimewa itu.

Hari ini Yesus menyampaikan bahwa Ia datang tidak untuk meniadakan hukum Taurat. Ini dikatakan Yesus ketika Ia menyampaikan khotbah di bukit. Perkataan Yesus ini bisa jadi membuat kita heran, apalagi kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat, sebab tindakan-tindakan Yesus selanjutnya sering kali bertentangan dengan itu. Ia menjamah orang kusta yang najis, bergaul dengan orang-orang berdosa, juga menyembuhkan orang pada hari Sabat. Semuanya itu jelas-jelas menentang ketentuan hukum Taurat. Jika demikian, mengapa Yesus bisa berkata bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat?

Kuncinya ada pada kata “menggenapi”. Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya. “Menggenapi” artinya menjadikan hukum Taurat itu genap atau sempurna. Hukum Taurat akan sempurna kalau orang paham apa yang mendasari hukum-hukum itu, yakni agar orang Israel hidup sesuai dengan martabat mereka sebagai umat Allah. Dua hal yang menjadi dasar adalah kasih kepada Tuhan dengan sepenuh hati dan kasih kepada sesama dengan sepenuh hati pula.

Itulah pedoman kita dalam menjalankan kehendak Tuhan. Hukum-hukum agama dimaksudkan agar kita menjadi manusia yang lebih baik. Jika menaati hukum agama malah membuat kita membenci orang lain, sehingga kita menjadi berbeda dengan pribadi Tuhan yang penuh kasih, boleh disimpulkan bahwa kita malah melakukan kekeliruan. Pada masa sekarang, ketika hukum Tuhan sering dibawa-bawa untuk membenci orang lain, hal ini menjadi sangat relevan. Ini berarti orang masih melihat hukum itu di permukaan saja, belum memahami maknanya yang terdalam.