Rendah Hati seperti Maria

Sabtu, 25 Maret 2023 – Hari Raya Kabar Sukacita

164

Lukas 1:26-38

Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

***

Paus Fransiskus dalam anjuran apostoliknya Evangelii Gaudium mengatakan: “Sukacita Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang berjumpa dengan Yesus. Mereka yang membiarkan dirinya diselamatkan oleh-Nya dibebaskan dari dosa, kesedihan, kehampaan batin, dan kesepian. Dengan Kristus, sukacita senantiasa lahir dan ditampilkan kembali” (EG 1).

Hari ini, kita merayakan Hari Raya Kabar Sukacita yang disampaikan oleh Malaikat Gabriel kepada Maria. Maria adalah seorang perawan yang tinggal di Nazaret, sebuah kota kecil yang terletak di bagian barat Provinsi Galilea, kira-kira 30 km jauhnya dari ujung selatan Danau Galilea. Di tempat tinggalnya ini, ia menerima kabar sukacita dari Malaikat Gabriel. Dalam peristiwa ini, Malaikat Gabriel menyapa Maria: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”

Salam dari malaikat ini merupakan ajakan Tuhan untuk bergembira. Bergembiralah, sebab zaman keselamatan yang dinantikan umat Israel berabad-abad lamanya telah tiba. Tuhan melimpahkan kasih karunia-Nya kepada Maria. Tuhan memilih Maria secara istimewa untuk mengambil bagian dalam rencana keselamatan-Nya. Ia menerima tugas mulia untuk mengandung dan melahirkan Mesias, Juru Selamat dunia.

Mendengar perkataan malaikat, perawan Maria terkejut karena dia belum bersuami. Akan tetapi, Malaikat Gabriel menguatkan dan mengajaknya untuk percaya pada penyelenggaraan Tuhan. Setelah mendengar dan merenungkan semua perkataan malaikat, Maria akhirnya percaya dan mengungkapkan imannya: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Ia menyerahkan diri secara total pada kehendak Allah. Ia membuka diri dan bersedia menjalankan rencana-Nya. Maria sungguh menjalankan rencana Allah dalam semangat kerendahan hati, ketaatan, dan sukacita. Ia melahirkan Yesus Kristus, membesarkan-Nya, dan setia mengikuti-Nya sampai di bawah kaki salib.

Kita belajar dari perawan Maria yang rendah hati, taat, dan percaya pada penyelenggaraan Allah. Percaya kepada Allah bukanlah perkara gampang. Tantangan, bahkan penderitaan, akan datang menerjang, namun ada kebangkitan yang membawa sukacita. Perawan Maria telah menerima salib dalam mengikuti Yesus Kristus, dan kini ia berjaya dalam sukacita kekal. Mari kita jadikan ziarah hidup perawan Maria sebagai model bagi ziarah hidup kita di dunia ini.