Memiliki Damai Sejati

Selasa, 9 Mei 2023 – Hari Biasa Pekan V Paskah

77

Yohanes 14:27-31a

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar daripada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku.”

***

Semua orang pasti merindukan kedamaian, tetapi sayangnya ternyata tidak semua mau mewujudkannya. Setiap hari kita membaca atau mendengar ada begitu banyak berita tentang permusuhan dan perselisihan, mulai dari skala yang paling kecil sampai yang paling besar. Karena perselisihan terjadi di mana-mana, kedamaian menjadi sesuatu yang langka. Dampaknya dapat kita lihat dalam masyarakat. Masyarakat kita sering kali terpecah belah disebabkan oleh permusuhan antarkelompok karena masing-masing kelompok hanya mau mengedepankan kepentingan sendiri.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menawarkan kepada kita damai sejahtera yang sejati, damai yang tidak bersyarat. Dengan jelas, Yesus mengatakan bahwa damai sejahtera yang diberikan-Nya tidak seperti yang diberikan oleh dunia. Damai sejahtera dari Yesus tidak dibangun atas dasar negosiasi, tidak pula bersifat basa-basi yang sering terjadi dalam relasi antarpribadi. Damai sejahtera yang diberikan Yesus dibangun atas dasar cinta pemberian diri.

Kita diundang untuk meneladan pemberian diri yang dilakukan Yesus. Dengan itu, kita akan menyingkirkan ketakutan-ketakutan yang ada dalam diri kita, juga motif-motif negatif seperti kepentingan pribadi dan kesenangan diri yang menghalangi upaya kita untuk menemukan kebenaran.

Mari kita senantiasa bertekun dalam iman dan meneladan pemberian diri Yesus yang penuh cinta, sehingga kita memperoleh damai sejati. Semoga damai sejati yang kita miliki meneguhkan kita dalam ketekunan untuk melaksanakan tugas pewartaan Injil, sehingga lebih banyak lagi orang akan mengalami keselamatan.