Tinggal di Dalam Kristus

Rabu, 10 Mei 2023 – Hari Biasa Pekan V Paskah

102

Yohanes 15:1-8

“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

***

Di tepi sungai di dekat rumah retret kami, ada pohon besar yang mempunyai dahan dengan posisi horizontal. Dahan itu seperti sudah patah, tetapi memiliki banyak ranting dan daun-daun yang segar. Mula-mula saya heran karena menyangka dahan itu pasti sudah terpisah dari pohonnya. Namun, setelah saya perhatikan baik-baik, meskipun memang sudah patah, dahan itu ternyata belum benar-benar terpisah dari batang pohon. Itu sebabnya daun-daun hijau masih tumbuh di situ, sebab dahan tersebut masih memiliki sumber makanan.

Hal itu mengingatkan saya pada bacaan Injil hari ini, di mana Yesus berbicara tentang pokok anggur. Yesus mengatakan bahwa Dialah pokok anggur dan kita ranting-rantingnya. Terpisah dari-Nya akan menjadikan kita seperti ranting-ranting pohon yang berguguran: Kita akan kering, mati, dan akhirnya musnah. Sebaliknya, bersatu dengan-Nya akan membuat kita tetap hidup dan menghasilkan buah. Allah Bapa sebagai pemilik kebun anggur senantiasa memelihara kita, sehingga kita akan menghasilkan buah secara berkelimpahan.

Pokok anggur sifatnya menjalar dengan satu batang tunggal yang kokoh. Dari situ tumbuh dahan dan ranting-ranting tempat buah-buah anggur menggelantung. Sejauh apa pun ranting dari pokok, selama masih menyatu dengannya, ranting itu akan hidup dan bertumbuh.

Dengan menyatakan diri sebagai pokok anggur, Yesus mau mengatakan bahwa Dia adalah satu-satunya perantara kita dengan sang Sumber Hidup. Kemanusiaan-Nya memungkinkan Dia bersatu dengan kita, sementara keilahian-Nya memungkinkan Dia memberikan kehidupan kepada kita, sehingga sebagai ranting, kita bisa menghasilkan buah dengan berlimpah.

Hanya satu syarat yang diminta dari kita, yakni untuk tetap tinggal di dalam Dia. Permintaan ini sama dengan yang dikatakan-Nya saat mengatakan bahwa Dia adalah roti hidup: “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yoh. 6:56). Kesatuan dengan Yesus akan kita alami hanya jika kita menyantap-Nya sebagai roti hidup. Dengan kata lain, kita hanya bisa menjadi ranting yang tetap bersatu dengan Yesus, sang pokok anggur, kalau kita menyantap tubuh-Nya lewat Ekaristi.

Mari kita senantiasa memelihara kesatuan kita dengan Yesus dengan rajin merayakan Ekaristi. Ekaristi menyatukan kita dengan-Nya, serta memampukan kita untuk bertumbuh dan berbuah. Buah yang kita hasilkan akan berguna bagi orang lain. Sama seperti Yesus yang membagi-bagikan diri-Nya kepada kita melalui Ekaristi, kita pun hendaknya membagi-bagikan hidup kita demi sesama. Itulah buah-buah anggur yang kita hasilkan. Semoga.