Kasih yang Tidak Berkesudahan

Kamis, 11 Mei 2023 – Hari Biasa Pekan V Paskah

179

Yohanes 15:9-11

“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.”

***

Kita sering menjumpai kata “kasih” atau “cinta” dalam lagu, puisi, atau karya-karya sastra yang lain. Sering pula kita mendengarnya dalam pembicaraan sehari-hari, terutama di kalangan orang-orang muda yang sedang kasmaran. Namun, orang yang sedang jatuh cinta kadang tidak memikirkan hal lain apa pun di luar itu. Akibatnya, tidak jarang mereka terjebak dan akhirnya menyesal, sebab dalam kenyataan, cinta ternyata tidak seindah yang dibayangkan.

Itu karena cinta yang diucapkan seseorang sering kali bersyarat. Misalnya, kita mencintai seseorang jika orang itu juga mencintai kita, menerima kita, memenuhi kehendak kita, mendukung ide kita, dan sebagainya. Selama orang itu memenuhi harapan dan keinginan kita, kita mencintainya, memberi perhatian kepadanya, bahkan memenuhi apa pun yang menjadi keinginannya. Sebaliknya, jika hal itu tidak terjadi, kita akan menarik kembali cinta kita kepadanya, tidak memedulikannya, bahkan sampai membencinya. Itulah cinta yang umumnya kita alami dalam kehidupan sehari-hari.

Syukurlah, kita memiliki Yesus yang mencintai kita bukan dengan cara manusia pada umumnya mencintai, yang suatu waktu bisa berakhir. Yesus mencintai kita dengan cara yang sama seperti Bapa mencintai Dia. Cinta-Nya itu kekal tak berkesudahan, tanpa syarat, dan terbuka bagi semua orang. Yesus mengundang kita dan semua orang untuk tinggal di dalam cinta-Nya itu. Agar bisa tinggal di dalam cinta-Nya, kita diminta untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya, sama seperti Dia melakukan perintah-perintah Bapa dan tinggal di dalam kasih-Nya.

Perintah utama yang diberikan Yesus kepada kita ialah: Mencintai Allah dengan segenap hati, pikiran, dan jiwa, serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Perintah ini diberikan dengan maksud agar kita memiliki tuntunan yang membantu kita bertumbuh dalam cinta dan semakin dekat dengan-Nya. Dengan berpegang teguh dan melaksanakan perintah-Nya itu, kita akan mengalami kegembiraan dan sukacita di dalam Dia.

Mari kita dengan cara kita masing-masing dengan semaksimal mungkin mengungkapkan cinta kita kepada Tuhan dan sesama. Karena hal itu tidak mudah, mari kita juga mohon rahmat kekuatan dari Tuhan agar tetap setia.