Mengandalkan Kuasa Allah

Jumat, 19 Mei 2023 – Hari Biasa Pekan VI Paskah

67

Kisah Para Rasul 18:9-18

Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: “Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorang pun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini.” Maka tinggallah Paulus di situ selama satu tahun enam bulan dan ia mengajarkan firman Allah di tengah-tengah mereka. Akan tetapi setelah Galio menjadi gubernur di Akhaya, bangkitlah orang-orang Yahudi bersama-sama melawan Paulus, lalu membawa dia ke depan pengadilan. Kata mereka: “Ia ini berusaha meyakinkan orang untuk beribadah kepada Allah dengan jalan yang bertentangan dengan hukum Taurat.” Ketika Paulus hendak mulai berbicara, berkatalah Galio kepada orang-orang Yahudi itu: “Hai orang-orang Yahudi, jika sekiranya dakwaanmu mengenai suatu pelanggaran atau kejahatan, sudahlah sepatutnya aku menerima perkaramu, tetapi kalau hal itu adalah perselisihan tentang perkataan atau nama atau hukum yang berlaku di antara kamu, maka hendaklah kamu sendiri mengurusnya; aku tidak rela menjadi hakim atas perkara yang demikian.” Lalu ia mengusir mereka dari ruang pengadilan. Maka orang itu semua menyerbu Sostenes, kepala rumah ibadat, lalu memukulinya di depan pengadilan itu; tetapi Galio sama sekali tidak menghiraukan hal itu.

Paulus tinggal beberapa hari lagi di Korintus. Lalu ia minta diri kepada saudara-saudara di situ, dan berlayar ke Siria, sesudah ia mencukur rambutnya di Kengkrea, karena ia telah bernazar. Priskila dan Akwila menyertai dia.

***

Meskipun memiliki kemampuan di atas rata-rata dan pengalaman yang banyak, setiap orang pasti tetap memiliki keraguan, kecemasan, dan ketakutan-ketakutan tertentu. Sebagus apa pun suatu jalan, pasti di sana-sini ada lubangnya. Sebaik apa pun kita dalam hal pelayanan, pekerjaan, dan cara hidup, pasti di sana-sini ada kekurangannya. Menyadari hal itu, kita perlu membangun kesadaran dan kerendahan hati untuk mengakui kelemahan dan kerapuhan diri kita di hadapan Allah. Kita harus terbuka pada Allah dan membiarkan-Nya bekerja secara leluasa dalam diri kita.

Kegentaran dalam situasi yang sulit, berat, dan menantang hanya dapat diatasi dengan mengandalkan kuasa Allah. Sapaan Tuhan untuk Paulus hari ini sangat indah dan dahsyat: “Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorang pun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini.” Penyertaan Tuhan begitu terasa. Kehadiran-Nya sangat menenteramkan hati. Kegamangan dan kegentaran Paulus sirna seketika, sebab Ia percaya akan penyertaan dan pertolongan Tuhan.

Sabda Tuhan itu hidup, menghidupi, dan menghidupkan. Karenanya, dalam segala aktivitas, sabda Tuhan harus selalu menjadi bagian hidup kita. Baca dan cintailah sabda Tuhan, jangan sampai kita terpisah darinya. Renungkan dan hidupilah itu. Dengan menghidupi sabda Tuhan, secara tidak langsung kita sudah mewartakannya. Kita tidak berkata-kata, tetapi mewartakan sabda Tuhan melalui cara hidup kita.

Saudara-saudari terkasih, jangan takut! Mari kita memberitakan sabda Tuhan. Nikmatilah sukacita dan berkatnya!