Menyertai Sang Firman Sampai di Kayu Salib

Senin, 29 Mei 2023 – Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Bunda Gereja

93

Yohanes 19:25-34

Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia — supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci –: “Aku haus!” Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib — sebab Sabat itu adalah hari yang besar — maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.

***

Kehadiran Yesus, Juru Selamat manusia, tidak lepas dari peran seorang ibu yang melahirkan-Nya, yaitu Perawan Maria. Dalam permulaan Injil Yohanes dikatakan: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh. 1:1); “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh. 1:14). Yesus itulah Firman Allah, yang adalah Allah, yang menjadi manusia dan diam di antara manusia. Ia datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia. Firman itu menjadi manusia di dalam rahim Maria.

Selama lebih dari sembilan bulan, Maria menjaga bayi yang ada di dalam rahimnya itu. Sebagaimana seorang ibu yang mengandung, seluruh perhatian Maria tertuju pada bayi yang ada di dalam kandungannya. Anak Allah yang Mahatinggi, Firman Allah yang adalah Allah itu benar-benar menjadi manusia. Ia lahir dari dalam rahim seorang perempuan. Ia menjadi sama seperti kita, manusia, kecuali dalam hal dosa. Ia mengalami kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh layaknya seorang manusia. Ia lahir, menangis, dan meminum susu ibu-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa kehidupan-Nya sebagai seorang bayi bergantung sepenuhnya pada ibu-Nya. Yesus yang lahir sebagai manusia tidak tumbuh besar seorang diri. Awal kehidupan-Nya di dunia juga bergantung pada ibu yang melahirkan-Nya.

Tugas Maria sebagai ibu dari Anak Allah yang Mahatinggi tidak berhenti dengan melahirkan-Nya. Ia merawat, membesarkan, dan mendidik-Nya. Para ibu tentu mengetahui bagaimana merawat bayi. Perhatikan kesabaran, ketelitian, dan kasih dari seorang ibu ketika mengurus bayi yang dilahirkannya. Maria pun melakukan hal yang sama ketika mengurus Yesus yang masih bayi. Ketika Yesus tumbuh, ia juga mengajari-Nya bicara. Ia melatih-Nya mengucapkan kata demi kata. Meskipun tidak tertulis dalam Alkitab, pasti Maria mengajarkan hal itu kepada Yesus.

Apa yang saya sampaikan ini hanyalah sebagian dari begitu banyak hal yang dikerjakan oleh seorang ibu ketika mengurus dan membesarkan anaknya. Para ibu mengetahui peran yang harus dijalankannya dalam keluarga. Maria menjalankan peran itu terhadap Yesus. Sebagai ibu, ia senantiasa memperhatikan Yesus sampai dewasa.

Bayangkan apa yang terjadi ketika seorang ibu secara langsung melihat anaknya dianiaya sampai mati. Normalnya, ia tidak akan tahan menyaksikan hal itu. Bisa jadi, ia akan berulang kali jatuh pingsan menyaksikan penderitaan dan kematian anak yang lahir dari rahimnya itu. Sekarang, mari kita bayangkan apa yang dirasakan oleh Bunda Maria. Ia hadir dan menyaksikan Yesus dianiaya, disalibkan, dan mati di kayu salib. Kita dapat membayangkan kesedihan hati yang dialami oleh Maria, tetapi sekaligus kita juga dapat melihat dengan jelas kekuatan batinnya sebagai seorang ibu.

Di bawah kayu salib, Bunda Maria menyaksikan sekaligus menemani Yesus melaksanakan karya penyelamatan manusia. Maria dipilih untuk melahirkan Yesus, dan ia menjalankan tugas sebagai ibu dengan baik, yang mana tidak hanya melahirkan Yesus, ia pun membesarkan-Nya, bahkan menemani-Nya sampai dengan kematian-Nya yang membawa keselamatan bagi umat manusia.

Mengingat peran Bunda Maria dalam karya penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus itu, Gereja menghormatinya. Gereja tidak pernah menyamakan Maria dengan Tuhan, tetapi memandangnya sebagai orang yang mempunyai peran penting dalam kehidupan Yesus, sang Juru Selamat. Allah telah memilih Maria menjadi ibu Yesus, Anak Allah yang Mahatinggi. Maria menyatakan kesanggupannya, dan ia menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya itu sampai selesai.