Mengasihi Tuhan

Minggu, 2 Juli 2023 – Hari Minggu Biasa XIII

75

Matius 10:37-42

“Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada AKu, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya.”

***

Jika dibaca sekilas, kata-kata Yesus dalam bacaan Injil hari ini bisa saja menimbulkan kebingungan. Ia bersabda, “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Namun, bukankah menurut sepuluh perintah Allah, kita diwajibkan untuk menghormati orang tua kita?

Dengan ini sesungguhnya mau ditunjukkan bahwa bagi para pengikut Yesus, satu-satunya yang mutlak adalah Tuhan dan kerajaan-Nya. Mengasihi orang tua atau keluarga adalah hal yang baik, tetapi tidak boleh mengalahkan kasih kita kepada Tuhan. Mengasihi orang tua menjadi ungkapan konkret dari mengasihi Tuhan. Orang yang menikah berani meninggalkan ibu dan bapaknya untuk mencintai suami atau istrinya seperti Kristus mencintai Gereja. Sejalan dengan itu, kaum religius berani meninggalkan segala ikatan keluarga untuk mengikuti Kristus secara total.

Memang mengasihi Tuhan tidak selalu berjalan mulus dan penuh kesenangan. Ada juga tantangan, kesulitan, perjuangan, bahkan mungkin kematian sebagai risiko yang tertinggi. Inilah salib. Kalau kita mengasihi Tuhan, kita mesti rela memikul salib, tidak boleh menolak atau membuangnya.

Salib adalah tanggung jawab yang harus diterima; salib adalah tugas yang mesti diemban; salib adalah kesulitan yang harus dihadapi. Orang yang tidak memanggul salibnya adalah orang yang lari dari tanggung jawab dan biasanya suka mencari kambing hitam. Orang seperti ini suka menolak tugas dengan mencari-cari alasan, sehingga sebenarnya tidak mengasihi Tuhan dan tidak layak menjadi murid-Nya.

Mengasihi Tuhan seharusnya juga menjadi alasan paling mendasar dari setiap tindakan atau sikap belas kasihan kita terhadap sesama. Yesus berkata, “Barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya.” Kita menolong orang miskin bukan demi tahun politik, melainkan karena mengasihi Tuhan; kita mengunjungi orang dalam penjara bukan karena ikut-ikutan, melainkan karena mengasihi Tuhan; kita membantu korban bencana alam bukan untuk untuk pansos, melainkan karena mengasihi Tuhan.

Mengasihi dan mencintai Tuhan merupakan panggilan dasar bagi setiap pengikut Kristus. Orang yang mengasihi Tuhan pasti bersedia memikul salib dan dengan setia mengikuti-Nya. Mengasihi Tuhan juga menjadi dasar dari setiap tindakan cinta kasih kita kepada sesama.