Makan Bersama Tuhan

Jumat, 7 Juli 2023 – Hari Biasa Pekan XIII

103

Matius 9:9-13

Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

***

“Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Pernyataan Yesus ini merupakan tanggapan terhadap orang-orang Farisi yang mengkritik bahwa Yesus makan di rumah Matius, seorang pemungut cukai. Matius baru saja dipanggil oleh Yesus untuk mengikuti-Nya. Pemungut cukai ini lalu meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus. Kemudian ia menjamu Yesus untuk makan malam di rumahnya. Pada jamuan makan itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa datang dan duduk bersama Yesus dan murid-murid-Nya. Itulah yang membuat orang-orang Farisi mengejek mereka.

Tanggapan Yesus sangat penting untuk kita dengar. Dengan menyatakan bahwa Ia datang bukan untuk mereka yang sehat dan benar, tetapi untuk mereka yang sakit dan berdosa, Yesus memberi tahu kita dua hal penting. Pertama, Ia memberi tahu kita bahwa kita semua sakit secara rohani dan berdosa. Kedua, Ia memberi tahu kita bahwa jika kita tidak dengan rendah hati mengakui sakit dan dosa kita, malah dengan sombong mengklaim bahwa kita ini benar dan baik-baik saja, pada dasarnya kita menolak Yesus, sang tabib ilahi, dari kehidupan kita. Kita pada dasarnya berkata, “Tuhan, aku tidak membutuhkan-Mu.”

Perhatikan juga bahwa Yesus tidak malu terlihat bersama orang berdosa. Ia tidak ragu sama sekali, malah dengan jelas menyatakan bahwa untuk merekalah Ia datang. Oleh karena itu, kita tidak perlu takut atau malu mengakui bahwa kita adalah orang berdosa yang sakit secara rohani dan membutuhkan Tuhan kita. Menyangkal fakta ini berarti menyangkal kenyataan, serta menyangkal sumber penyembuhan berkelanjutan yang sangat kita butuhkan dalam hidup. Ini adalah penyangkalan atas kebutuhan kita akan Yesus Kristus sendiri.

Semakin suci seseorang, semakin jelas orang itu melihat dosa harian yang ada pada dirinya, serta kebutuhan akan pengampunan dan penyembuhan. Semakin rendah hati kita mengakui dosa dan sakit kita, semakin ingin Yesus, sang tabib ilahi, untuk makan bersama kita hari ini dan selalu.