Menjadi Misionaris (1)

Kamis, 13 Juli 2023 – Hari Biasa Pekan XIV

84

Matius 10:7-15

“Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu.”

***

Yesus mendidik para rasul untuk menjadi misionaris. Ia memberi tugas yang jelas kepada mereka. Ia memerintahkan mereka untuk mewartakan Kerajaan Allah. Ia menghendaki agar mereka mempergunakan kuasa yang telah diserahkan-Nya kepada mereka, sehingga umat yang dikunjungi merasakan dampak yang konkret. Selanjutnya, Yesus menginginkan agar para rasul fokus pada misi mereka. Hal-hal yang berpotensi menjauhkan mereka dari misi harus dijauhi. Mereka harus siap sedia ketika ditolak atau diterima.

Dewasa ini, para misionaris sering terjebak dalam urusan fasilitas dan akomodasi alih-alih menyelesaikan misi mereka. Tidak sedikit yang jatuh dalam gaya hidup konsumerisme dan hedonisme. Akibatnya, mereka lupa akan tugas utama. Nasihat-nasihat misioner di atas hendaknya menyadarkan kembali para misionaris untuk kembali fokus pada misi mereka. Hal yang sangat dibutuhkan adalah kemampuan berdiskresi dan sikap hidup ugahari. Pertama, para misionaris perlu membedakan antara sarana dan tujuan. Sarana bisa berubah-ubah sesuai situasi dan tempat pelayanan, namun tujuan bagaimanapun harus tercapai. Sarana tidak boleh diubah menjadi tujuan, begitu pun sebaliknya.

Kedua, kejernihan hati untuk berdiskresi dipengaruhi juga oleh sikap hidup. Seorang pewarta perlu memiliki sikap hidup ugahari. Pater Jules Chevalier, pendiri Tarekat MSC, berpesan kepada para misionarisnya, “Asal ada makanan dan pakaian, sudah cukup!” Sikap ugahari tidak saja menjadikan para misionaris sederhana, namun juga menjauhkan mereka dari gaya hidup hedonisme dan konsumerisme, sehingga tetap fokus untuk menyelesaikan misi mereka.