Syarat-Syarat Menjadi Murid Yesus

Jumat, 11 Agustus 2023 – Peringatan Wajib Santa Klara

1659

Matius 16:24-28

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.”

***

Tidak seperti anggapan banyak orang, kemuliaan Mesias ternyata diraih dengan terlebih dahulu menanggung penderitaan. Yesus siap menghadapi hal itu; Ia pun menasihati para murid agar mengikuti jejak-Nya. Jika sungguh ingin menjadi murid yang sejati, mereka harus menyangkal diri, artinya hidup tidak berpusat pada diri sendiri, tetapi pada kehendak Bapa. Mereka juga harus bersedia memikul salib, dalam arti tegar menghadapi duka derita kehidupan ini, yang terburuk sekalipun. Akhirnya, mereka harus mengikut Yesus, artinya sungguh menjadi murid yang setia.

Yang dikatakan Yesus itu mungkin terdengar menakutkan, tetapi para murid tidak boleh gentar. Alasannya, pertama, siapa yang kehilangan nyawanya karena Yesus, ia akan memperolehnya kembali; kedua, tidak ada gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya; dan ketiga, Anak Manusia akan datang dan memberi mereka ganjaran yang pantas.

Dengan taat, Yesus menempuh jalan penderitaan yang ditentukan Bapa. Ia tidak mau dibelokkan oleh siapa pun juga. Pilihan ini sekaligus menunjukkan solidaritas Yesus kepada sebagian besar manusia di dunia ini yang hidupnya didominasi oleh kesusahan dan penderitaan. Karena itu, jika suatu saat kita tertimpa penderitaan yang hebat, ingatlah baik-baik bahwa Yesus telah lebih dahulu mengalaminya. Jangan sampai kita terpuruk karenanya. Seperti Yesus, kita harus tegar, optimis, dan memercayakan semuanya pada kemurahan hati Bapa.