Mengatur atau Diatur?

Sabtu, 9 September 2023 – Hari Biasa Pekan XXII

61

Lukas 6:1-5

Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata: “Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Lalu Yesus menjawab mereka: “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?” Kata Yesus lagi kepada mereka: “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”

***

Perdebatan tentang peraturan sudah muncul sejak zaman Yesus. Ketika para murid Yesus memetik bulir gandum dan memakannya, orang-orang Farisi menegur mereka karena tidak menghormati peraturan hari Sabat.

Peraturan sebenarnya dibuat untuk menjaga kehidupan bersama. Ada peraturan-peraturan yang memang sungguh penting untuk menjaga keselamatan. Sebagai pejalan kaki, saya kerap mengalami bahwa berjalan di trotoar amat tidak aman dan tidak nyaman, sebab kendaraan bermotor dengan semena-mena sering kali melaju juga di situ. Itulah contoh bagaimana peraturan sungguh perlu ditegakkan untuk menjaga keselamatan manusia. Demikian juga dengan peraturan agar tidak membuang sampah sembarangan apalagi ke sungai. Peraturan ini dibuat untuk menjaga lingkungan agar tidak banjir.

Meskipun demikian, ada peraturan-peraturan yang perlu dicermati. Suatu hari saya ditanya tentang aturan posisi tangan prodiakon ketika sedang berdoa Bapa Kami. Apakah tangannya di depan dada? Ataukah tangannya membuka ke atas? Tanggapan saya: Doa adalah kesempatan kita berkomunikasi secara pribadi dengan Tuhan. Doa membutuhkan kesungguhan hati. Kalau tangan di depan dada bisa membantu kita dalam berdoa, silakan dilakukan. Kalau tangan membuka ke atas bisa membantu kita dalam berdoa, silakan juga dilakukan.

Ada sejumlah aturan yang dibuat untuk hidup rohani kita. Santo Ignasius dalam Latihan Rohani juga memberikan aturan-aturan untuk mengolah hidup rohani secara lebih efektif. Kenyataan bahwa aturan terkadang menimbulkan perpecahan di dalam Gereja adalah sesuatu yang menyedihkan. Perbedaan dalam memahami aturan bahkan bisa membuat kita saling mengutuk dan memusuhi. Itu sungguh keliru, sebab aturan ada seharusnya untuk membantu kita agar semakin terarah kepada Tuhan dan semakin menjaga sesama.

Marilah kita mohon rahmat Tuhan agar kita senantiasa jernih dalam melihat aturan, serta mengusahakan agar aturan bekerja untuk mendekatkan kita kepada Tuhan dan sesama.