Beriman Bukan Soal Banyak atau Sedikit

Senin, 13 November 2023 – Hari Biasa Pekan XXXII

129

Lukas 17:1-6

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, daripada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”

Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: “Tambahkanlah iman kami!” Jawab Tuhan: “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.”

***

Nasihat Yesus yang kita dengarkan hari ini ditempatkan setelah cerita Lazarus dan orang kaya. Konteks itu penting untuk pemaknaan kata “penyesatan”. Yesus mau menegaskan bahwa tidak semua orang akan menerima Injil dan pewartaan para murid. Jadi, penyesatan selalu saja ada, tidak perlu bermimpi yang muluk-muluk. Selalu saja ada yang menolak dan menghalangi rencana Tuhan dengan berlaku tidak adil atau tidak peka dengan penderitaan sesama.

Akan tetapi, Yesus tidak menginginkan para pengikut-Nya seperti itu. Bagi Yesus, penindasan dan ketidakadilan adalah penyesatan yang sebenarnya, bukan sekadar ajaran sesat. Para pelakunya harus segera disingkirkan dari tengah jemaat. Ini nasihat yang keras, tetapi sangat relevan dalam dunia sekarang yang penuh degan ketidakadilan dan penderitaan. Jemaat Kristus harus memberi kesaksian dengan teladan hidup yang berbeda, yaitu hidup bersama dan bersaudara yang ditandai dengan semangat belarasa dan keadilan.

“Tambahkanlah iman kami!” Itu permintaan para rasul selanjutnya. Fokus mereka pada menambah iman, bukan pada iman yang sudah mereka punya! Ini penyakit lama. Manusia memang suka yang besar-besar agar kelihatan, didengar, diakui, dihargai, dan dikenang. Jawaban Yesus bermakna ganda. Di satu pihak, Yesus mengecam para pengikut terdekat-Nya itu karena sama sekali belum punya iman. Iman sekecil biji sesawi saja mereka tidak punya! Di lain pihak, Yesus juga mengatakan bahwa mereka dapat melakukan apa pun, juga yang hebat-hebat, dengan iman yang sudah mereka miliki. Biarpun hanya sedikit, yang penting iman itu benar dan sejati. Jadi, beriman itu bukan soal banyak atau sedikit, melainkan soal dampak dan perubahan yang dihasilkannya, yaitu keadilan dan solidaritas!