Menuju Kehancuran

Kamis, 23 November 2023 – Hari Biasa Pekan XXXIII

105

Lukas 19:41-44

Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”

***

Dalam sebuah kunjungan pastoral keluarga yang saya lakukan, ada umat yang menyampaikan keprihatinan akan anaknya perempuan yang saat ini sedang duduk di kelas dua SMP. Anaknya yang menginjak masa remaja itu kenakalannya makin lama makin menjadi. Ia tega diam-diam menjual kopi yang disimpan di lemari dengan harga murah, yang mana uangnya dipakai sendiri untuk jajan. Melihat itu, orang tuanya merasa sedih, terutama ketika membayangkan bagaimana masa depan anaknya nanti. Menjadi apa kiranya dia nanti saat dewasa, sebab sekarang ini susah diatur, tidak mau belajar dengan baik, dan suka menjual barang-barang milik keluarga.

Yesus hari ini menangisi Kota Yerusalem. Ia sedih melihat kehancuran kota itu di masa yang akan datang. Ini terjadi karena mereka tidak mengerti apa yang perlu untuk menghadirkan damai sejahtera bagi para penduduknya. Mereka tidak mengerti bahwa Allah telah datang mengunjungi mereka dalam diri Yesus Kristus. Bukannya mereka menerima Yesus dengan baik, mereka malah menolak Dia.

Dalam hidup ini, terkadang kita pun masuk atau berada dalam keadaan yang tidak berahmat. Kita terjebak oleh perangkap Iblis dan masuk ke dalam lubang dosa. Sebenarnya kita mau keluar dari jurang dosa tersebut. Kita sadar dan tahu betul bahwa kalau kita tidak bertobat dan berubah, kita akan rugi sendiri. Kita tahu kalau perbuatan dosa itu terus kita lakukan, kita sedang bergerak di jalan menuju kehancuran. Akan tetapi, sering kita tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dan berhenti dari perbuatan-perbuatan yang dapat membawa kita kepada kehancuran tersebut.

Kalau kita terus saja menjalankan aktivitas dosa, Yesus tentu akan sedih dan menangisi kita. Saatnya telah tiba bagi kita untuk bertobat dan berubah. Dengan pertobatan yang sejati, semoga kita dapat mengubah kesedihan, tangisan, dan air mata Yesus menjadi senyuman yang menyegarkan hati.