Menyerang dengan Pertanyaan-Pertanyaan

Sabtu, 25 November 2023 – Hari Biasa Pekan XXXIII

86

Lukas 20:27-40

Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: “Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang istrinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan istrinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristrikan dia.” Jawab Yesus kepada mereka: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.” Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.” Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.

***

Pepatah mengatakan, “Malu bertanya, sesat di jalan,” tetapi orang bertanya sesungguhnya didasari oleh beragam alasan atau motivasi. Ada yang bertanya karena tidak tahu; yang lain bertanya karena ingin mengajak orang lain merenung; tetapi ada pula yang bertanya karena hendak menyerang atau menjatuhkan.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang beberapa orang Saduki yang datang kepada Yesus untuk bertanya tentang konsep kebangkitan orang mati. Mereka sendiri tidak percaya akan kebangkitan. Untuk menyerang Yesus, mereka memakai ilustrasi tradisi perkawinan levirat yang dihidupi oleh orang Yahudi. Seorang perempuan dikisahkan menikah berturut-turut dengan tujuh laki-laki bersaudara, yang mana semuanya mati tanpa meninggalkan anak. Mereka pun mempertanyakan siapa suami perempuan itu di alam kebangkitan nanti.

Paling tidak ada dua tujuan hidup perkawinan, yaitu bonum conjugum (demi kebaikan dan kebahagiaan pasangan suami istri) dan bonum prolis (bertujuan untuk menghasilkan keturunan). Di bumi, orang menikah dan menghasilkan keturunan, agar kehidupan secara berkelanjutan diteruskan oleh anak cucu. Namun, demikian Yesus menjelaskan, di alam kebangkitan orang tidak perlu lagi kawin dan dikawinkan, sebab mereka tidak akan mati lagi. Kehidupan di sana tidak sama dengan kehidupan di dunia ini.

Selain itu, Yesus menegaskan bahwa Allah itu mahakuasa. Kuasa-Nya melampaui dunia orang hidup dan dunia orang mati. Kalau Allah tidak menguasai orang-orang yang sudah mati dengan tidak membangkitkan mereka, Ia bukanlah Allah yang mahakuasa. Karena itu, Yesus menegaskan bahwa Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Dia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.

Kita sering mendapat pertanyaan-pertanyaan tentang iman kita. Tentu ada pelbagai macam alasan mengapa orang melakukan hal itu. Ada yang bertanya karena sungguh ingin tahu, namun tidak sedikit pula yang bertanya karena ingin menyerang dan menjatuhkan kita. Terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, terkadang kita harus memberikan jawaban dengan baik dan tepat, sebab kita perlu mempertanggungjawabkan iman kita. Namun, terkadang pula kita tidak perlu serius menjawabnya, apalagi sampai marah-marah, yakni kalau yang bertanya ternyata memiliki maksud yang negatif.

Mari kita belajar menjadi bijaksana dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada kita.