Keselamatan bagi Segala Bangsa

Minggu, 21 Januari 2024 – Hari Minggu Biasa III

104

Yunus 3:1-5, 10

Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu.” Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah.

Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya.

Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.” Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.

Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.

***

Dalam Perjanjian Lama, kitab Yunus termasuk dalam kelompok kitab nabi-nabi kecil. Klasifikasi ini berdasarkan kuantitas halaman tulisan, bukan mengenai kualitasnya. Yesus pernah berbicara tentang “tanda Nabi Yunus” kepada orang-orang Yahudi yang meminta tanda kepada-Nya karena mereka tidak mau percaya (Mat. 12:40, Luk. 11:30). Ini membuktikan bahwa nama Yunus melekat dalam ingatan orang-orang Israel.

Bacaan pertama hari ini berkisah tentang Yunus yang masuk ke Niniwe. Ia lalu berseru bahwa empat puluh hari lagi, kota itu akan ditunggangbalikkan. Sungguh luar biasa bahwa mendengar pewartaan Yunus, orang-orang Niniwe langsung membuat aksi pertobatan, padahal mereka bukan orang Yahudi, bukan umat Tuhan. Pertobatan dilakukan oleh seluruh penduduk Niniwe, bahkan ternak mereka. Mereka semua berselubungkan kain kabung dan berseru sekuat-kuatnya memohon belas kasihan Allah. Karena pertobatan itu, Allah tidak jadi menghukum mereka.

Oleh karena itu, kisah Yunus mengajarkan universalitas keselamatan ilahi. Allah berkehendak menyelamatkan semua orang, bukan hanya bangsa atau kelompok tertentu saja. Kisah ini sangat selaras dengan ajaran Yesus kepada para pengikut-Nya untuk selalu mendekati dan menerima kaum berdosa.

Kisah sebenarnya masih berlanjut dengan menampilkan reaksi Yunus. Keselamatan orang Niniwe ternyata membuatnya kecewa. Yunus yang berharap menyaksikan kehancuran Niniwe merasa bahwa perjalanannya sia-sia belaka. Demikianlah kita sering membuat kategorisasi dalam memandang orang lain dan peristiwa. Kita berpandangan bahwa orang yang tidak masuk kategori kita untuk menerima berkat layak dihukum. Bila ada orang di luar kategori kita yang ternyata mendapat berkat, kita lantas protes kepada Tuhan, menganggap Dia berlaku tidak adil. Seperti itulah pergumulan Yunus.

Hari ini, kita belajar dari orang-orang Niniwe yang membangun sikap tobat. Yesus juga memanggil kita untuk membawa orang-orang lain agar dekat pada-Nya, sang Sumber Kasih. Kita dipanggil untuk menebarkan jala kasih kepada semua orang agar dapat dikasihi-Nya. Allah itu mahakasih. Dia bebas mengasihi siapa pun yang berkenan kepada-Nya. Namun, satu hal yang pasti dan mesti kita sadari: Kita sudah pasti dikasihi pula oleh-Nya.