Formatio Iman yang Berjenjang dan Berkelanjutan

Jumat, 26 Januari 2024 – Peringatan Wajib Santo Timotius dan Titus

228

2 Timotius 1:1-8

Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.

Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam. Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku. Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.

***

Hari ini kita memperingati Santo Timotius dan Titus. Timotius dan Titus adalah dua murid Paulus, sekaligus kawan seperjalanannya. Paulus amat perhatian terhadap mereka, sampai-sampai menuliskan surat dua kali kepada Timotius dan sekali kepada Titus. Surat-surat Paulus kepada mereka berdua disebut sebagai surat pastoral karena berisi petunjuk-petunjuk konkret untuk memimpin jemaat. Timotius menjadi pemimpin jemaat di Efesus, sedangkan Titus di Kreta.

Secara khusus, mari kita perhatikan sosok Timotius. Saat Paulus mengunjungi Likaonia, ia bertemu dengan satu keluarga saleh. Dari perjumpaan tersebut, Timotius yang saat itu masih remaja, bersama ibunya Eunike dan neneknya Lois, menjadi Kristen. Akan tetapi, Timotius tidak secara tiba-tiba menangkap kebenaran yang diwartakan Paulus. Semenjak kecil, ia telah mengenal Kitab Suci dari ibunya, dan Kitab Suci itu menjadi buku bacaan utamanya. Dengan pendidikan yang baik, Timotius tumbuh menjadi pribadi yang memiliki karakter iman yang unggul. Ia kemudian menjadi pemuda yang aktif dalam hidup jemaat, saleh, dan bersemangat merasul. Jemaat dan Paulus pun memberi pujian kepada Timotius. Belajar dari dia, kita tahu bahwa basis pertumbuhan iman dimulai dari keluarga.

Kepada Timotius dan Titus, Paulus menuliskan tentang hal yang sudah berkembang dalam Gereja perdana, yakni bahwa Gereja memiliki struktur dengan pelayan-pelayan yang tetap, seperti penatua jemaat yang merupakan pemimpin Gereja setempat (1Tim. 3:1-8; Tit. 1:7-9). Paulus juga menuliskan tentang keprihatinan Gereja pada waktu itu, yakni adanya berbagai ajaran sesat. Oleh karena itu, ia menekankan bahwa formatio iman perlu menjadi perhatian (1Tim. 4:6; 5:8; 6:10, 21).

Sepanjang zaman, Gereja selalu berhadapan dengan berbagai tantangan. Oleh karena itu, Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang mengajak semua pihak untuk memperhatikan formatio iman yang berjenjang dan berkelanjutan mulai dari usia dini, masa kanak-kanak, remaja, orang muda, orang dewasa, sampai usia lanjut. Pusat formatio iman bukanlah pertama-tama di gedung gereja. Orang sering kali hanya sekali seminggu ke gereja, itu pun hanya sekitar satu jam. Waktu yang terbatas itu tidak memadai bila dipandang sebagai satu-satunya usaha pembentukan iman. Pembentukan iman yang utama berlangsung di dalam keluarga, sebagaimana yang dialami oleh Timotius.

Bagaimana dengan formatio iman dalam keluarga kita? Akankah Timotius-Timotius baru lahir dari keluarga kita?