Kunci Sehat 2: Refleksi

Selasa, 6 Februari 2024 – Peringatan Wajib Santo Paulus Miki dan Kawan-Kawan

68

Markus 7:1-13

Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?” Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”

Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban — yaitu persembahan kepada Allah –, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.”

***

Aturan itu penting. Aturan dibuat untuk kita ikuti, agar hidup bersama bisa berjalan dengan lebih baik. Ada banyak aturan dalam kehidupan kita: Saat lampu merah, kita harus berhenti; di dalam Kereta Rel Listrik (KRL), tidak boleh makan dan minum; pajak harus dibayar tepat waktu; dan masih banyak aturan lain yang kita temui dalam hidup sehari-hari.

Sejauh kita mengikuti aturan, sering kali kita merasa bahwa kita ini orang baik dan berada dalam keadaan yang baik. Jika demikian, jawablah pertanyaan ini: Apakah memang kita sedang baik-baik saja? Kita yang sudah senantiasa mengikuti aturan sering kali lupa untuk bertanya: Apakah diri kita baik-baik saja? Ataukah sebenarnya ada sesuatu yang luput kita perhatikan di dalam diri kita?

Kita merasa baik dan sehat dengan mengikuti aturan. Kita merasa hidup kita beres dengan mengikuti aturan. Namun, Yesus mengajak kita untuk tidak lupa memeriksa diri, melakukan refleksi, dan melihat diri dengan teliti. Alasannya, meskipun kita selalu berpatokan pada aturan dalam bertingkah laku, sering kali hidup kita tidak baik-baik saja. Kita bisa jadi seperti orang Farisi dan ahli Taurat dalam bacaan Injil hari ini. Mereka membanggakan ketaatan mereka terhadap hukum Taurat tanpa menyadari bahwa hidup mereka sebenarnya jauh dari jalan Tuhan.

Mari kita jujur dengan apa yang sedang terjadi dengan diri kita. Mari kita melihat dengan cermat dinamika yang berlangsung dalam diri kita. Mungkin ada kemarahan, iri hati, kemalasan, kecurangan, kecurigaan, korupsi, ketidakjujuran, ketidaksetiaan, dan banyak hal lain yang bisa kita cermati dengan jujur. Kita tidak sedang baik-baik saja. Namun, jangan kecil hati, sebab mereka yang merasa diri baik-baik saja adalah justru orang-orang yang berhenti berkembang.

Marilah mohon rahmat Tuhan agar kita semakin jujur melihat diri, dan setia mencari jalan untuk semakin berkembang dalam Dia.