Hidup dalam Perdamaian dengan Sesama

Jumat, 23 Februari 2024 – Hari Biasa Pekan I Prapaskah

57

Matius 5:20-26

“Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar utangmu sampai lunas.”

***

Meskipun dipandang sebagai bangsa yang religius, tidak otomatis kehidupan di negara kita berjalan dengan aman, damai, dan tenteram. Semua orang mungkin beragama, tetapi masalahnya, orang-orang yang menyebut diri beragama itu hidup dan tingkah lakunya tidak jarang berbanding terbalik dengan ajaran agama yang mereka anut.

Agama dipakai sebagai baju belaka untuk menutupi isi hati yang dikuasai oleh hal-hal negatif. Agama juga dipakai sebagai alat untuk menyalurkan hawa nafsu duniawi, misalnya nafsu akan harta dan nafsu untuk berkuasa. Kekerasan sering terjadi di berbagai tempat, dan pelakunya sering kali adalah orang-orang yang disebut kaum beragama. Dengan berbagai alasan baik yang masuk akal maupun yang tidak masuk akal, mereka marah, mengamuk, membakar, menghancurkan, juga membunuh.

Kemarahan memiliki relasi dengan pembunuhan. Yesus menyinggung tentang hal itu dalam bacaan Injil hari ini. Mula-mula Ia mengkritik ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sebab mereka tidak melakukan hal-hal baik yang mereka ajarkan. Mereka juga terpaku pada Taurat sebagai suatu rumusan hukum dan tidak mau berusaha memahami inti sari ketentuan-ketentuan itu. Yesus kemudian mengungkapkan sejumlah antitesis, yang sekaligus menegaskan bahwa Ia hadir bukan untuk meniadakan Taurat, melainkan untuk menggenapinya.

Berkaitan dengan perintah “jangan membunuh”, misalnya. Murid-murid Yesus tidak boleh berpuas hati kalau sudah menepati perintah itu. Kita harus melangkah lebih jauh: Bukan hanya tidak boleh membunuh, kita juga tidak boleh marah. Kemarahan adalah cikal bakal pembunuhan. Orang marah bisa melakukan apa saja dan bisa menghancurkan apa saja. Hilangkan kemarahan dalam diri kita, agar kita tidak melakukan hal-hal negatif yang lebih besar lagi. Hiduplah dalam perdamaian dengan sesama!