Perjalanan ke Emaus

Minggu, 31 Maret 2024 – Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan

243

Lukas 24:13-35

Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Yesus berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?” Kata-Nya kepada mereka: “Apakah itu?” Jawab mereka: “Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat.” Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: “Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.” Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?”

Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.” Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.

***

Kisah perjalanan ke Emaus adalah sebuah narasi yang sarat akan keajaiban. Kehadiran Yesus sungguh membangkitkan hati yang tawar dan kecewa. Dua orang murid, yakni Kleopas dan seorang murid yang lain, sedang dalam perjalanan mereka menuju desa bernama Emaus setelah peristiwa dramatis kematian Yesus. Ketika Yesus datang mendekati mereka, wajah keduanya tertutup oleh kesedihan dan kekecewaan, sehingga mereka tidak mengenali-Nya. Ini mencerminkan bagaimana dalam kehidupan kita yang penuh dengan kesibukan, kecemasan, atau bahkan kekecewaan, kita sering kali tidak menyadari kehadiran Allah yang sebenarnya hadir bersama kita. Yesus yang hidup selalu mendekati kita, bahkan ketika kita tidak menyadarinya.

Yesus bertanya kepada mereka tentang apa yang telah terjadi, sehingga mereka pun bercerita tentang pengalaman serta keraguan mereka terhadap Mesias. Harapan mereka akan Mesias yang menyelamatkan tampaknya sudah pupus sama sekali. Namun, Yesus dengan lembut membimbing mereka melalui teks-teks kitab suci. Ia menjelaskan bagaimana seluruh kitab suci memberikan kesaksian tentang diri-Nya dan rencana keselamatan Allah.

Dengan itu, kita diingatkan bahwa firman Tuhan adalah sumber penghiburan dan pengertian. Saat kita merasa kecewa, bingung, atau meragukan arah hidup kita, firman Tuhan adalah terang yang membimbing kita untuk kembali kepada-Nya. Membuka Kitab Suci dan merenungkan kebenaran-Nya adalah cara untuk mendengarkan suara-Nya dan memperoleh kebijaksanaan-Nya.

Ketika mereka tiba di Emaus, murid-murid itu meminta Yesus untuk tinggal bersama mereka. Inilah bagian yang penuh keintiman dan khusus, yakni ketika Yesus duduk bersama mereka untuk makan. Ketika Yesus memecahkan roti, mata mereka terbuka, dan mereka pun mengenal-Nya. Di sinilah kita dapat melihat gambaran tentang Ekaristi, di mana Yesus hadir di tengah-tengah kita saat kita berkumpul untuk mengingat kematian dan kebangkitan-Nya.

Peristiwa tersebut mengajarkan kita tentang kehadiran Yesus yang terungkap dalam tindakan sederhana seperti memecahkan roti. Melalui Ekaristi, kita mengalami persatuan secara rohani dengan Kristus dan dengan satu sama lain. Ini adalah saat di mana kita dapat merasakan kehadiran-Nya secara nyata dan mengenali-Nya dalam tindakan keseharian kita.

Mereka pun segera kembali ke Yerusalem untuk berbagi kabar baik tentang kebangkitan Yesus kepada para rasul yang lain. Mereka menjadi saksi-saksi hidup dari keajaiban kebangkitan. Begitu juga kita. Kita dipanggil untuk menjadi saksi-saksi Kristus di dunia ini. Melalui hidup kita yang penuh kasih dan kesaksian tentang kehidupan Yesus, kita dapat membawa orang lain kepada iman dan pengharapan.

Dengan demikian, kisah perjalanan ke Emaus mengajarkan kita untuk membuka mata hati kita terhadap kehadiran Yesus dalam setiap momen kehidupan, untuk merenungkan firman Tuhan guna mendapatkan pengertian dan hikmat-Nya, untuk mengalami kehadiran-Nya dalam Ekaristi, dan untuk menjadi saksi-saksi kasih-Nya di dunia ini. Semoga kita dapat menemukan inspirasi dan petunjuk dari kisah yang luar biasa ini bagi perjalanan iman kita.