Mengingat Pelajaran Masa Lalu

Rabu, 12 Juni 2024 – Hari Biasa Pekan X

58

Matius 5:17-19

“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga.”

***

Perkataan Yesus bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi dapat dilihat sebagai suatu pernyataan tegas. Alih-alih berbicara tentang hari Sabat atau sepuluh perintah Allah, Yesus berbicara tentang hukum Taurat dan kitab para nabi yang tidak dihapuskan. Hal ini adalah ungkapan yang digunakan orang-orang Yahudi pada zaman itu untuk merujuk pada keseluruhan Perjanjian Lama. Perjanjian Lama terdiri dari tulisan-tulisan suci dalam kepercayaan Yahudi. Melalui tulisan-tulisan ini, orang Yahudi berpikir bahwa mereka dapat memahami kehendak Tuhan dan memperoleh hidup yang kekal. Jadi, apa yang Yesus katakan adalah: Perjanjian Lama sebagai kumpulan literatur yang diilhami oleh Tuhan tidak akan dikesampingkan atau dihapuskan.

Dalam sejarah Indonesia, kita ingat perkataan Presiden Soekarno, “Jasmerah, jangan melupakan sejarah.” Sebagai refleksi sederhana, kita dapat memaknai perkataan Yesus hari ini secara demikian. Kumpulan tulisan dalam Perjanjian Lama adalah rangkaian sejarah iman orang Yahudi. Yesus menunjukkan bahwa perjalanan sejarah masa lalu mengandung nilai-nilai luhur yang harus terus dipegang.

Hidup bergantung tidak saja pada kenyataan yang dihadapi pada setiap zaman. Pengalaman-pengalaman masa lalu menyimpan pelajaran sekaligus catatan yang dapat menjadi pegangan bagi masa depan yang lebih baik. Mari membangun dan menghidupi iman kita dengan belajar dari kesalahan masa lalu dan berusaha untuk memperbaiki apa yang masih belum sempurna. Itulah yang perlu kita lakukan dalam usaha memahami kehendak Allah dan menjadi murid-murid-Nya yang sejati.