Disembuhkan untuk Menyembuhkan

Rabu, 4 September 2024 – Hari Biasa Pekan XXII

72

Lukas 4:38-44

Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itu pun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka. Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah Anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.

Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.

***

Sakit merupakan pengalaman yang tidak mengenakkan. Pekerjaan kita menjadi tidak lancar dan tidak maksimal karenanya. Lebih lagi, keuangan kita bisa terkuras untuk biaya pengobatan. Sayangnya, tidak ada dari kita yang mampu selalu sehat dan tidak pernah mengalami sakit. Pengalaman sakit pasti akan terjadi pada setiap orang, entah kapan waktunya, entah apa jenis penyakit yang akan menghampirinya. Melihat itu, kita tidak perlu berkecil hati, sebab di balik pengalaman sakit, ada pengalaman sembuh.

Ibu mertua Simon dan banyak orang dalam bacaan Injil hari ini mengalami pengalaman sakit dan pengalaman sembuh. Berkat Yesus, mereka semua sembuh dari gangguan macam-macam penyakit. Kesembuhan itu terjadi pertama-tama karena Yesus menghendakinya. Ini adalah wujud konkret komitmen-Nya untuk melayani agar semakin banyak orang yang merasa bahwa diri mereka dicintai Tuhan.

Mukjizat penyembuhan menegaskan bahwa Allah senantiasa berinisiatif membantu manusia. Ia memberi kita kehidupan, bukan maut. Allah mencintai manusia, sehingga memberikan kasih dan kehidupan kepada kita. Kesembuhan berasal dari Allah yang mencintai kita supaya kita menjadi pribadi yang semakin menyadari bahwa dalam kondisi apa pun, Ia selalu beserta kita. Kesadaran akan kehadiran Allah yang mencintai ini mesti ditanggapi dengan iman. Kita diundang untuk datang kepada Allah yang adalah sumber kekuatan kita.

Seperti diteladankan oleh ibu mertua Simon, kita disembuhkan oleh Tuhan supaya kita juga mau menyembuhkan sesama kita. Setiap pribadi yang mau melayani dengan penuh kasih, ia menghadirkan keringanan bagi yang dilayani, bukan  beban. Apabila kita melayani, lakukanlah itu secara total. Jangan setengah-setengah, misalnya dengan menuntut agar orang lain juga harus melayani kita. St. Vinsensius berkata, “Aku diutus bukan hanya untuk mengasihi Bapa, melainkan juga untuk membuat orang merasakan kasih Bapa.”